Sore itu Ratna berjalan perlahan mendekatiku. Sudah beberapa menit aku menunggu. Sebelumnya kami telah berjanji untuk bertemu di sebuah rumah makan, di pinggir jalan. Aku ingat, dahulu semasa baru menjalin hubungan dengan Teguh, ia sering mengajakku makan malam di sini. Ah, Teguh, beberapa kenangan yang ditinggalkannya cukup menyiksaku.
"Hai Ratna." teriakku memanggilnya dari bangku yang kududuki.
"Hai, bagaimana kabarmu, Lita?" ia bertanya, sambil memeluk dan mencium pipi kanan dan kiriku.
"Baik. Duduklah, Ratna!" jawabku, kemudian menyerunya duduk.
     Sementara aku memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman, sambil menyilakan kaki kanannya, Ratna mulai menyalakan sebatang rokok yang diambilnya dari sebuah kotak rokok yang sama persis dengan milik Teguh.
     Beberapa menit kemudian pesanan yang kami pesan pun tiba. Sambil menyantap makanan, dengan perlahan kami sedikit berbincang tentang masa muda kami bertiga dengan Teguh, hingga pada usai menyantap makanan, kami pun membicarakan suatu hal yang serius.