Malam temaram tak kuasa memejamkan sepasang mata yang sedari tadi dibayangi suasa sendu yang berkelindan dengan pandangan tak bertuan. Diam, sunyi dan kosong. Di tengah mushola pesantren yang tak jauh dari asrama putra, dia menggelar sajadahnya dengan menghadap ke kiblat sambil meletakkan tumpukan “mutiara hikmah” ulama-ulama saleh. Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, malam ini tak satupun kitab-kitab tersebut dibukanya. Nampak keputusasaan membayangi perjuangan hidupnya untuk menimba ilmu setelah sekian lama di pesantren. Suara hatinya berkata, “Sudahlah, esok aku akan boyong saja dari pesantren jika hidupku terus-menerus begini.”