Di dunia pendidikan, hal yang menjadi titik utama adalah keberhasilan akademik siswa, terlebih sejak diberlakukannya kebijakan Ujian Nasional (UN). Banyak siswa SD hingga jenjang SMA tersita menghabiskan waktu luang di berbagai tempat bimbingan belajar. Kelulusan mutlak 100% menghinggapi teror psikis pada semua elemen pendidikan, terutama guru dan siswa. Siswa yang gagal dalam UN, merasa terancam tidak lulus sekolah. Otak siswa dipaksa hanya berfokus pada aspek kognitif dengan menghafalkan segala jenis soal UN yang sama dengan tahun sebelumnya. Ironisnya, otak siswa tidak lagi diberi ruang keleluasaan untuk menumbuhkan kecerdasan emosi di dalam memahami persoalan sosial di sekelilingnya. Sekolah telah berubah fungsi menjadi pabrik bimbingan belajar dibandingkan memberikan proses mengembangkan karakter positif pada kepribadian siswa.