Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Berawal dari Skype Berlabuh di Pelaminan (Based on True Story)

8 Desember 2011   08:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:41 950 6
Belasan tahun lalu Tami harus menerima kenyataan pahit ketika suaminya menceraikannya. Dicap sebagai wanita mandul membuatnya tak bisa menolak perceraian. Lain hari diketahuinya suaminya yang juga salah satu dekan sebuah universitas di Karawang ternyata telah menghamili bekas mahasiswi bimbingannya. Tami yang masih menyimpan dendam berjanji suatu saat akan membeberkan perselingkuhan mantan suaminya dengan wanita lain yang ternyata juga telah menghasilkan seorang anak.

Hari-hari pasca bercerai Tami menyibukkan diri dengan bekerja, di waktu luang diisinya dengan berenang dan main bilyard. Terkadang dia menyambangi kafe untuk sekedar minum dan merokok. Untuk mengusir sepi dia mulai merambah dunia maya.

Tami mulai mencari kenalan lewat skype. Pilihannya adalah bule bule, para lelaki mancanegara.
"Pria lokal kebanyakan belagu, punya uang agak banyak mulai bersikap posesif, membatasi gerak perempuannya. Padahal di luar dia sibuk nyari selingan, BAH!"

Tami menganggap kebanyakan pria lokal belum matang secara finansial, faktor yang menurutnya sangat urgen untuk membangun pondasi rumah tangga. Pria lokal yang agak mapan kemudian dianggapnya pecicilan, posesif dan malah mulai selingkuh.

Sekian waktu chatting lewat skype Tami mendapat pengalaman berkesan dengan beberapa pria bule. Mark dari Austria, pria yang kerap bervideo sex dengannya ini  merupakan figur laki laki impiannya : macho dan mapan. Sayang sekali Mark telah beristri. Tami pun mulai mengubur Mark. Lalu dia berkenalan dengan Ian Tibble bule Inggris yang juga expat perusahaan security. Dua tahun Tami berhubungan dengan Tibble via skype, namun lagi lagi dia harus menerima kenyataan bule yang dicintainya tak berniat menikah.
"Ian tak mau menikah, jadi mau tak mau aku harus meninggalkannya. Aku butuh masa depan, butuh suami yang dapat kubawa ke hadapan ibuku yang telah bosan menyuruhku menikah lagi. Jadi meskipun Ian dan aku saling mencintai, aku harus menguburnya", ungkap Tami panjang lebar.
Sampai akhirnya Tami mengenal Fabrice, bule asal Perancis.

"Pada awalnya aku sama sekali tak berminat padanya. Fabrice tak punya potongan tubuh seksi, tapi seiring waktu cinta itu tumbuh. Fabrice begitu perhatian. Dia yang tak pernah memprotes kebiasaanku yang masih sering minum dan merokok, sampai akhirnya aku malu sendiri dan menghentikan kebiasaan jelek itu. Fabrice yang kerap membantuku ketika dalam masalah keuangan. Dia pula yang mewujudkan impianku : sebuah mobil sederhana yang membantuku mengembangkan usahaku. Kupikir dia mencoba "membeliku" namun aku salah. Fabrice sangat tulus, seorang yang sangat teratur juga pintar memasak".

Ketika akhirnya Fabrice meminta Tami jadi istrinya, dia pun tak menolak.

"Secara finansial Fabrice cukup matang dan lagi dia mencintaiku dan mau menikahiku, jadi apalagi yang aku cari? Aku tak perlu lagi bertanya pada diri sendiri apakah aku mencintainya atau tidak, bagi wanita yang terpenting adalah dicintai dan tercukupi kebutuhannya. Walau secara fisik Fabrice tak seksi namun dia sangat perhatian "ungkap Tami lagi. Ya, Tuhan tidak memberi yang kita inginkan melainkan mengirim yang kita butuhkan.
Pernikahan Tami dan Fabrice terhalang 2 hal yakni keyakinan Fabrice yang atheis serta masalah perijinan. Untunglah lambat laut Tami berhasil sedikit meluluhkan pandangan Fabrice terkait keberadaan Tuhan. Kendala yang lain yakni masalah perijinan yang cenderung rumit. Pihak Kedubes Perancis tidak memuluskan niat Tami dan Fabrice. Apalagi saat itu santer terdengar isu harus membayar 500 juta sebagai jaminan jika hendak menikah dengan warga negara asing. Untunglah berkat bantuan seorang staf kedutaan yang dikenal lewat sebuah forum masalah perijinan terselesaikan.
Dan akhirnya pada April 2010 Tami dan Fabrice resmi menikah di sebuah kota kecil di Indonesia. Dua minggu kemudian Fabrice pulang ke negaranya, Tami dihantui bayang bayang ketakutan akankah Fabrice meninggalkannya untuk selama lamanya seperti yang banyak dilakukan bule bule lain. Dan tiap malam Tami menunggu Fabrice di layar skype nya, berharap dapat melepas rindu. Namun kesibukan Fabrice membuatnya sering tak dapat muncul. Tami pun was was.

Akhir Desember, Tami berangkat ke Libya, menyusul Fabrice yang menjadi salah seorang direktur Total Oil Company. Tami disana berbulan bulan hingga akhirnya dia mendapat kabar gembira dari Tuhan, Tami Hamil! Sesuatu yang tak pernah disangka sangkanya.
Begitulah jalan takdir, tidak ada yang tahu apa yang terjadi di akhir nasib. Sekarang Tami tengah menikmati hari hari menimang bayi didampingi Fabrice suaminya di Balikpapan. Ya, tergulingnya Khadafi membawa Fabrice berpindah tugas ke Balikpapan bersama Tami dan putra mereka tentunya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun