Rinai hujan membelai dedaunan hingga lesung
Sesaat aku hanya termenung, lihat air yang berlinang menggaris kaca
Aku sapa makhluk yang mirip denganku
Namun, ia hanya diam tanpa kata
Sepertinya ia senasib denganku
Yang tak tahu kemana ia harus mencari makna
Rinai hujan mengisi palung
Tak sesegar buah yang manis dicumbu embun..
Aku tak bisa diam, yang hati kian merantau tak pernah berlabuh
Menetap di dermaga tempat kekasih menjemput pulang
Gelisah menjadi kalung yang melingkar pada ketidakpastian
Aku diam bersama batu, rela ditimpa hujan
“Biarkan aku duduk mengurai gelisah menjadi makna”