_____
Cerita pertama saya alami tepat seminggu yang lalu.
Seperti biasanya, ritual saya sebelum pulang dari tempat kerja ketika berpuasa (wajib/sunah) adalah menyiapkan minuman untuk berbuka puasa. Hanya segelas teh manis. Minuman tersebut saya seduhkan di gelas plastik yang saya bawa dari rumah. Yup, berbuka puasa di perjalanan sudah sering saya alami.
Adalah angkot merah 31, kendaraan yang membawa saya dari terminal Pulo Gadung menuju Bekasi. Karena angkot sudah nyaris penuh, saya hanya kebagian duduk di bangku kayu dekat pintu. Ketika saya sedang asik menikmati kemacetan di jalan raya Bekasi, naiklah seorang perempuan muda dan duduk di sebelah saya.
Wajahnya kusut, cemberut, ditekuk..pokoknya terlihat sangat bete stadium akut. Dia memakai tas ransel dan membawa sebuah bungkusan kecil. Ada sedotan berwarna biru menyundul dari dalam kresek yang di bawanya. Tak lama kemudian, si mba itu tertidur sambil menundukkan kepalanya. Yaaah mba...duduk deket pintu kok tidur. Saya yang was-was nih!
Suara adzan magrib sayup-sayup terdengar dari masjid dekat jalan. Tibalah saat yang dinanti. Beberapa penumpang mulai mengeluarkan hidangan berbuka puasa mereka masing-masing. Ada yang membawa roti, gorengan, hingga biskuit. SMS harian dari Ibu juga nongol di handphone jadul saya, "Udah adzan, Da". Teh manis pun segera menyentuh tenggorokan saya yang kering, Alhamdulillah. Tapi ada satu yang tak bergerak, ya..perempuan di sebelah saya.
Tanpa pikir panjang takut mengganggu tidur lelapnya, saya tepuk tangan kirinya. Nekat sajalaaaaah!Sambil berharap saya tidak kena semprot, hihihi
" Mba..mba.., bangun mba! " tiga kali saya menepuk tangannya. Dia langsung terbangun, sedikit terkejut dan tengok kanan-kiri lalu melihat saya. " Udah maghrib, mba. Mba puasa kan? Minumannya diminum dulu..." saya lirik kresek yang masih ada dipangkuannya sambil tersenyum.
" Oh, iya..makasih ya mba.." dia pun membalas senyuman saya. Legaaa, saya tidak diomelin!
Saya mengeluarkan sebungkus wafer coklat yang juga sudah saya bawa dari rumah. Berisi potongan kecil wafer didalamnya. Saya buka dan saya sodorkan ke mba itu terlebih dahulu.
" Ini mba.."
" Oh, gak usah mba.."
" Gak apa-apa mba, ambil aja. Lumayan buat ganjel perut, macetnya masih lama.."
" Makasih ya mba.." dia mengambil satu dan sekali lagi, dia tersenyum. Kami pun menyantap wafer coklat itu bersama, sambil berbincang. Hingga akhirnya kami berpisah karena dia harus turun terlebih dahulu di Giant Cakung.
Sudah selesai?beluuummmmm!Sabar dooongggg...orang puasa kan kudu sabar:D
Lanjut ke cerita kedua, kejadiannya kemarin sore. TKP masih sama, di angkot 31 jurusan Pulo Gadung-Harapan Indah.
Bisa dibilang, kemarin adalah hari yang cukup membuat kepala saya mau pecah karena pekerjaan di kantor. Ada saja ujian yang datang dari pagi hingga sore. Termasuk ketika saya lupa membuat teh untuk bekal berbuka.
Sesampainya di terminal Pulo Gadung, saya kembali lupa membeli minum karena keasikan mengejar si angkot merah yang sudah mau jalan meninggalkan terminal. " Ayo sayang, satu lagi berangkat..satu lagi berangkaat! " teriak si calo wanita dari kejauhan yang sudah mengenal wajah saya sebagai pelanggan setianya. Alhasil, saya kembali mendapat tempat duduk di dekat pintu.
Seperti biasa, macet menghadang. Suara adzan berkumandang, SMS dari Ibu pun datang. Beberapa penumpang sudah mengeluarkan santapan berbuka mereka. Celingak-celinguk saya mencari penjual minuman yang biasanya suka wara-wiri di tengah kemacetan. Hasilnya, nihil. Tak ada minuman, makanan atau permen untuk membatalkan puasa saya. Tiba-tiba...
" Ini mba.." seorang bapak menyodorkan air putih kemasan dalam gelas ke hadapan saya, sambil tersenyum. " Mba puasa kan?Ini, dibatalin dulu..."
Saya yang bingung campur kaget masih memandangi bapak tersebut. Pakaiannya sederhana, hanya batik coklat dan celana panjang hitam. Bapak itu memeluk sebuah tas, dan dirambutnya sudah mulai tumbuh uban.
" Tapi, bapak minumnya.."
" Saya bawa dua kok. Ini, ambil.." jawab si bapak seakan tahu maksud pertanyaan saya.
" Makasih ya Pak.." saya pun segera meminum air pemberian si bapak. Belum selesai keheranan saya, si bapak kembali mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kantong plastik transparan. Dia membuka kantong tersebut, terlihat oleh saya beberapa buah kurma di dalamnya.
" Silahkan mba..."
" Oh, gak usah Pak. Makasih.."
" Gak apa-apa..ayo, dicicip. Lumayan buat nahan lapar, macetnya masih lama.."
" Makasih banyak ya Pak.."saya memandang si bapak sambil tersenyum.
_____
Kejadian yang serupa tapi tak sama, entah apa namanya. Tapi yang pasti..dua kejadian itu membuat saya sadar akan satu hal. Hidup adalah untuk saling berbagi. Ada kalanya kita berkekurangan, ada kalanya kita berkelimpahan. Dan berbagi menjadi indah, ketika kita tulus melakukannya...walau hanya sebuah senyuman.
Terima kasih untuk bapak di angkot 31 yang kemarinĀ sudah membagi minuman dan makanannya kepada saya, semoga Allah membalas kebaikan beliau:)
Sekian curhat saya di siang hari ini. Selamat berpuasa dan melanjutkan aktivitas bagi kawan-kawan semua. Semoga kita mampu melewati setiap ujian-Nya disepanjang hari ini. Have a nice day...