Di tengah euforia Pilkada 2024, tanggal 27 November tidak dikenang sebagai perayaan demokrasi, melainkan sebagai hari di mana nilai-nilai kemanusiaan dan agama dipertaruhkan di altar kekuasaan. Agama, yang seharusnya menjadi fondasi moralitas, direduksi menjadi alat transaksional, sementara kemanusiaan diubah menjadi sekadar retorika yang hampa. Pada hari itu, banyak yang "pindah agama," bukan dalam arti teologis, tetapi sebagai bentuk pengkhianatan terhadap prinsip moral dan spiritual.
KEMBALI KE ARTIKEL