Kematian kedua, konsep yang merayap di benaknya seperti bayangan yang tak pernah lepas. Itu bukanlah rasa ingin mati, melainkan perasaan terhimpit dalam eksistensi yang tak berarti. Hidupnya terasa seperti menghadapi kehampaan yang tak tertandingi oleh kehadiran apa pun di sekelilingnya.
Setiap usaha untuk menemukan cahaya hanya menghadirkan bayang-bayang yang lebih gelap. Kesepian bukanlah keadaan fisik semata, melainkan kekosongan yang merayap di setiap sudut pikirannya. Baginya, relung kesunyian adalah tempat yang lebih nyaman daripada ramainya kehidupan yang tak pernah mampu mengisi rongga di hatinya.
Pada akhirnya, dia menyadari bahwa tidak ada tempat untuknya di dunia ini. Bukan karena dia tidak cukup berusaha, melainkan karena dunia ini sendiri tak menawarkan tempat yang layak untuknya. Kegelapan adalah rumah terakhir yang menyambutnya, menutupi kesedihan dan kekosongan yang merajalela di dalam dirinya.