Wah, sekarang, tiada hari tanpa penampilan Boyband dan Girlband di layar kaca. Perhatian masyarakat teralih pada penampilan SMASH, Super Junior, SNSD, Cerrybell, dan sejenisnya. Gerakan yang atraktif, musik yang dinamis, personel yang cantik dan ganteng menjadi daya tarik utama dari Boyband dan Girlband. Sama seperti sebelumnya, media mengekspose fenomena ini dengan membuat berbagai acara khusus mengenai Boyband dan Girlband. Mulai dari sinetron, ajang pencarian bakat, sampai pertunjukkan - pertunjukkan semua itu mengenai Boyband dan Girlband.
Saya bukanlah suatu orang yang antipati dengan aliran jenis musik tertentu. Sayapun merupakan salah satu penggemar musik dangdut kak haji Rhoma Irama dan alunan suara Bagus Netral secara bersamaan. Fenomena yang "memiriskan" hati saya adalah, fenomena musik yang "asal disukai" dan "asal laku" yang terjadi dalam dunia permusikan di Indonesia. Â Bagi saya sebagai seorang penikmat musik, suatu karya musik adalah suatu karya yang penuh arti, sarat akan pesan - pesan yang ingin disampaikan oleh musisi yang disampaikan dengan nada - nada yang "matching". Siapa sih yang tidak tahu legenda balada Indonesia, suara kaum marginal dan kaum papa di Indonesia bang Iwan Fals. Lagu - lagu lawasnya seperti Oemar Bakrie, Bongkar, Wakil Rakyat, dan sebagainya tetap disukai dari masanya hingga masa "Boyband dan Girlband" sekarang. Siapa sih yang tidak tahu grub musik slenge'an yang kerap tampil manggung dengan bertelanjang dada? Slank yang sudah beredar lebih dari 20 tahun di belantika musik Indonesia tetap mempunyai tempat di hati para penggemarnya sampai sekarang, dan bahkan konon merupakan Grup band dengan massa penggemar terbanyak di Indonesia. Masih banyak contoh lain seperti Padi, Jamrud, Sheila On 7, SID, dan lainnya.
Contoh yang saya sebutkan tersebut berasal dari banyak genre, tidak terbatas pada satu genre saja, tetapi dalam karya mereka, terdapat satu kesamaan. Yaitu, musik mereka mempunyai ciri khas, konsep yang jelas, dan konsisten dengan apa yang mereka suarakan. Ada makna - makna mendalam dalam karya mereka, ada idealisme yang dijunjung tinggi oleh mereka. Hal-hal tersebut yang membuat mereka tetap dekat di hati para penggemarnya hingga saat ini. Legenda seperti mereka tidak tercipta dengan sentuhan "asal jadi" dan "yang penting laris".
Mungkin tulisan ini lebih mirip sebagai curhatan saya atas sumpeknya saya dengan fenomena di Industri permusikan Indonesia. Tetapi, "curhatan  kecil" saya mungkin mewakili curhatan para penikmat musik, musisi dan pelaku industri musik yang masih berpegang pada "nilai, konsep, dan idelisme" yang mendalam dari suatu karya.
Terakhir, saya berdo'a semoga kedepan masih ada lagu anak - anak yang "betul-betul" lagu anak - anak. Negri saya membayangkan anak saya nantinya mendengarkan musik yang penyanyinya memang anak - anak, tetapi isinya sudah "putus saja" atau "buruan tembak gue". Alamak!!!!!
(ditulis di ruang kosan nan sejuk dan ditemani alunan lagu MOGSAW, by Purgatory)