Entah racun apa yang kau berikan padaku dua belas tahun yang lalu. Yang kutahu, ketika aku terbangun, aku mendapati diriku melayang dan ingin curi engkau dari angkasa.
Tahukah kau? Racun itu telah mengalir dalam regulasi darahku. Perlahan-lahan membentuk sel-sel baru dalam volume yang semakin tidak sedikit dari waktu ke waktu. Lihatlah hasil perbuatanmu, Bintang. Aku pesakit sekarang. Sudah kronis dan hanya bunga ajaib dari puncak gunung nun jauh di mata yang mungkin bisa menyembukanku.
Coba bayangkan, Bintang. Dua belas tahun aku bersahabat dengan penyakit ini. Waktu yang cukup lama hanya untuk merangkai rangkaian kata yang mungkin kau sendiri juga tidak paham apa maksud aku berbuat begini.
Bintang,
Ulurkan sedikit cahayamu.
Atau campakkan aku ke puncak gunung itu.