Aku segera teringat cerita kakak keduaku siang tadi. Di tempat kerjanya, salah satu seniornya mengatakan bahwa kakakku adalah tipe isteri yang membawa hoki, solutif. Sekali lagi solutif. Perkataan itu –menurut kakakku- tak bisa dianggap ramalan biasa mengingat senior itu bukanlah orang yang slengekan, tapi berilmu, kaya pengalaman. Aku mengiyakan dalam hati karena memang kakakku solutif. Juga mengamini. Tapi dalam hati juga aku iri, apakah aku juga begitu? Akankah aku menjadi wanita/ isteri yang solutif? Kecemasan itu semakin mendera. huhuhuu...
Kembali pada pembicaraanku dengan ibu, aku mencoba melihat telapak tangan kakakku yang sedang tidur. Hasilnya, tebal. Betapa hancur hatiku... T_T Dan ibu tertawa. Seolah-olah mengatakan, “Tuh bener kan?”. Aku meringis... tak bisa dipercaya. Lalu kukatakan pada ibu,
“Coba lihat telapak tangan Bapak, Bu”
“Coba sana.” Kata ibu menantang. Tapi bapak sudah tidur, tabu membangunkannya. Bukannya sungkan, tapi..
“Gak mau ah Bu, ntar disuruh mijitin.” Kataku. Ibu tertawa. Ah ibu....