Kebanyakan pemimpin adat Minang saat itu tentu saja memandang gerakan Paderi ini sebagai ancaman terhadap zona-nyaman yang telah mereka nikmati selama ini. Bahkan tidak sedikit ahli sejarah yang berpendapat bahwa para pemimpin adat inilah yang awalnya "mengundang" Belanda untuk menumpas kaum Paderi.
Harus diakui bahwa ada ekses negatif dari gerakan Paderi. Dalam memurnikan praktek ajaran Islam, mereka terkadang memaksakan hal-hal yang tidak esensial, seperti harus meniru cara hidup dan berpakaian orang Arab padang pasir. Banyak juga dikisahkan bahwa kaum paderi sering bertindak kaku (kolot) dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam. Hal-hal "sepele" semacam inilah yang sedikit demi sedikit menumbuhkan antipati bukan hanya dari kaum adat, tapi juga dari sebagian masyarakat umum Minang saat itu.
Seperti kita semua ketahui, Belanda akhirnya berhasil menumpas kaum Paderi dan gerakannya. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah dengan tumpasnya gerakan kaum Paderi ini gerakan pemurnian praktek ajaran Islam dalam masyarakat Minang ikut tertumpas ? Apakah gerakan pembersihan adat-istiadat Minang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam juga tertumpas ?
Masyarakat Minang tentu berbangga dengan slogan "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah" (ABS-SBK). Banyak yang beranggapan bahwa slogan tersebut memang sudah sesuai dengan kenyataan. Namun tidak sedikit pula yang menganggap bahwa antara slogan ABS-SBK ini dengan kenyataan, ibarat jauh panggang dari api.