Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Cerita Tentang Seorang Sahabat di Dunia Maya

23 Juni 2014   21:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:31 60 0
Tulisan ini mengenai seorang sahabat saya di dunia maya. Saya mengenal dia (melalui tulisannya di dunia maya) sudah cukup lama. Dia seorang programmer komputer yang sudah akrab dengan dunia komputer sejak operating system komputer masih bernama DOS (Disk Operating System). Karena itu tidak heran jika dia sudah memiliki blog (website) pribadi jauh sebelum dunia blogging marak beberapa tahun belakangan ini (bahkan mungkin sebelum istilah blog itu sendiri dipopulerkan). Dari blog pribadi itulah saya mulai mengenal sahabat saya ini.

Blog pribadinya, yang menggunakan domain sendiri itu, berisi kumpulan tulisan dia sendiri. Materinya sebagian besar adalah pebandingan agama Islam dan Kristen (tapi jangan khawatir, saya tidak akan fokus membahas itu disini). Beberapa pemikirannya tidak mainstream. Salah satu contohnya mengenai "kematian" Nabi Isa menurut versi Islam. Menurut versi Islam mainstream, Nabi Isa itu belum wafat tapi "diangkat ke langit" dan akan turun kembali di akhir jaman nanti. Namun menurut sahabat saya ini, yang "diangkat ke langit" itu bukan fisiknya Nabi Isa, tapi derajatnya. Sementara Nabi Isa sendiri sudah wafat secara normal dan tidak akan muncul kembali di akhir jaman nanti. Argumentasinya cukup lengkap, bahkan dia telah menulis buku mengenai topik tersebut.

Materi lain dalam blog pribadi sahabat saya ini adalah mengenai UFO dan sejarah Nabi Adam. Pandangannya tentang UFO cukup terbuka. Jika mainstream umat Islam tidak terlalu tertarik membahas UFO ini, dia justru cukup dalam membahasnya. Demikian juga dengan sejarah Nabi Adam. Mainstream umat Islam menerima tafsir bahwa Nabi Adam diciptakan di Surga lalu "dibuang" ke Bumi. Namun sahabat saya ini punya tafsir yang berbeda, yaitu bahwa Nabi Adam sejak awal memang sudah di Bumi.

Selain itu pendapatnya tentang metode Hisab dan Rukyat dalam penentuan awal bulan Hijriyah juga cukup menarik. Di tengah mainstream umat Islam yang masih menggunakan metode Rukyat, dia berpendapat bahwa hal tersebut sudah selayaknya ditinggalkan. Menurutnya (dengan sejumlah argumentasi), sudah saatnya umat Islam murni menggunakan metode Hisab dalam menentukan awal bulan Hijriyah. Meskipun pemikirannya mengenai metode Hisab itu sejalan dengan pemikiran Muhammadiyah, dia bukanlah pengurus ataupun anggota dari ormas tersebut.

Sahabat saya ini juga seorang Guru SMA. Kemampuan bahasa Arabnya cukup baik, karena sebagian leluhurnya ada yang berasal dari jazirah Arab. Dia baru saja menyelesaikan S2-nya dengan topik Pendidikan berbasis Teknologi Komputer. Rencananya, jika ada sponsor, dia akan melanjutkan kuliah S3 dibidang Perbandingan Agama atau Sastra Arab. Dia juga cukup aktif menjadi Khatib Jum'at.

Yang juga menarik adalah kecenderungannya dalam simpang siur capres belakangan ini. Awalnya dia menginginkan sekali agar para parpol berbasis massa Islam mau berkoalisi mengusung capres sendiri. Bahkan dia sempat mengingatkan agar jangan sampai umat Islam nantinya harus memilih antara ular dan babi hutan. Namun sejalan dengan gelagat tidak akan terbentuknya koalisi parpol berbasis massa Islam, walaupun saat itu belum ada koalisi yang fixed diantara parpol, dia sudah mulai ancang-ancang untuk menentukan pilihan antara Prabowo dan Jokowi. Saya sempat mengingatkan dia akan pilihan antara ular dan babi hutan yang pernah dia singgung, dan "menchallenge" dia untuk golput. Namun dia tetap bergeming dan sudah menentukan pilihan.

Menariknya, pilihan dia itu murni atas dasar pertimbangan religius. Jika mereka yang sudah menentukan pilihan capres masih tertarik untuk mengikuti acara debat capres, paling tidak untuk memastikan bahwa pilihannya memang sudah tepat, sahabat saya ini sama sekali tidak tertarik. Bagi dia, bagaimanapun isi debat capres tersebut dan bagaimanapun penampilan para capres dalam debat tersebut, dia tidak akan berubah lagi. Dasar pertimbangannya murni religius. Yaitu bahwa demi kemaslahatan umat Islam, capres yang satu lebih layak untuk dipilih dibanding capres yang lain.

Saya berangan-angan, jika kelak saya menulis buku, saya akan mengajak dia untuk menjadi penulis pendamping (co-writer). Pertimbangan saya adalah :
- Pengetahuan ke-Islamannya cukup luas dengan wawasan yang terbuka dan tidak takut berbeda dengan pemikiran mainstream
- Kemampuan bahasa Arabnya bisa diandalkan
- Sudah dikenal oleh beberapa penerbit buku karena sudah beberapa kali menulis buku

Setelah tulisan saya dimuat di harian Kompas beberapa tahun yang lalu, menulis buku adalah obsesi saya selanjutnya. Obsesi itu, karena satu dan lain hal, selalu hilang dan timbul dalam benak saya. Semoga dengan adanya bayangan mengenai co-writer ini, semangat saya untuk menulis buku ini bisa lebih jelas arahnya. :-)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun