Siapapun yang hidup di dunia ini pasti akan meninggal. Semua yang bernafas, semua yang memiliki ruh, semua makhluk yang Tuhan ciptakan akan bertemu dengan ajalnya.
Istilah menunggu kematian, ini saya ingin sejajarkan dengan beberapa kejadian-kejadian hari ini yang tengah ramai atau sudah ada dari jaman dahulu sebelum diksi "ramai" dikenal, peristiwa tersebut tak lain ialah mengakhiri hidup atau dengan kata lain bunuh diri/bundir.
Secara bahasa, bunuh diri ialah Bunuh diri (bahasa Inggris: suicide, berasal dari kata Latin suicidium, yang berarti "membunuh diri sendiri") adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri. Adapun dasar dari terjadinya bunuh diri antara lain gangguan jiwa, penyalahgunaan obat, kondisi psikologis, budaya, kondisi keluarga dan masyarakat, dan genetik. Penyakit jiwa dan penyalahgunaan zat biasanya saling berkaitan. Faktor risiko lain termasuk pernah melakukan percobaan bunuh diri, adanya sarana yang tersedia untuk melakukan tindakan tersebut, peristiwa bunuh diri dalam sejarah keluarga, atau adanya luka trauma otak.
Segala faktor yang memperngaruhi bunuh diri tersebut jika di rangkum dengan secara sederhana tak lain ialah masalah psikis, trauma yang berkepanjangan. Maka dari isu ini, alasan mengapa judul daripada artikel saya ini "hakikat kehidupan hanya bagaimana cara kita menunggu kematian" adalah sebagai momentum pengingat untuk saya pribadi khususnya dan untuk para pembaca umumnya.
Semua manusia mengalami kesedihan, Perasaan sedih muncul sebagai reaksi normal ketika seseorang mengalami stres, misalnya ketika ada kerabat atau keluarga yang meninggal, baru saja bercerai, baru diberhentikan dari pekerjaan, patah hati, kecewa dan sebagainya. Pada dasarnya semua manusia mengalami reaksi kesedihannya masing-masing, dan jika mengacu pada judul daripada artikel bijaknya jika menghadapi kesedihan yang datang pada dirinya tak perlu berpikir untuk mengakhiri kehidupanya dengan cara bunuh diri, sebab kita hidup juga menunggu mati, kita semua akan mati. Tapi esensi pada saat menunggu tersebut lah yang kadang atau sebagian orang-orang melupakan fase tersebut, fase mengisi aktivitas menunggu dengan hal-hal yang positive dalam rangka menuju mati tersebut, alhasil kematian yang ditunggu sebagai hakihat dari kehidupan tersebut di isi dengan aktivitas yang menjadikan kita sebagai orang kuat yang dapat melewati kesedihan tersebut, kematian sendiri ialah gerbang terakhir yang akan melenyapkan kesedihan-kesedihan yang sedang kita rasakan didunia ini. Maka bijaknya alangkah baik jika alasan kesedihan yang sedang kita ratapi dijadikan faktor untuk mengakhiri hidup, yang dimana perbuatan tersebut bagi saya adalah perbuatan seorang pengecut saja.
Kita terlupakan oleh kesedihan, seolah kita akan hidup di dunia ini sebagai orang yang paling tidak beruntung, yang dimana alasan tersebut menjadi faktor lain mengakhiri hidup padahal jika mengacu pada teori-teori agama yang ada, Dunia itu hanya tempat persinggahan. Cepat atau lambat masing-masing diantara kita pasti kembali pada Nya tanpa perlu mengakhiri hidup dengan cara yang Tuhan benci.
Maka dari itu, kesedihan yang sedang kita derita, percayalah pada diri kalian bahwa sesungguhnya kalian akan mampu melewatinya tanpa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri sebab kesedihan tersebut hanya reaksi Tubuh ketika menerima hal-hal yang tidak dininginkan yang dimana rasa sedih tersebut pula hanya bersifat sementara atau akan hilang dengan sendirinya suatu saat.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk saya khususnya dan untuk semua pembaca umumnya.
Bandung, 2022.