Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Deradikalisasi dengan Advokasi

15 Maret 2010   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25 150 0
[caption id="attachment_94192" align="alignleft" width="234" caption="kyai nasrudin latif, pembina ICDW"][/caption] Selesai pengajian rutin malam Jum'at, yang digelar oleh Pesantren Daarul Uluum, aku menyempatkan diri bercengkrama dengan kyai Nasrudin Latief (NL). Obrolan mengarah pada program beliau terkait deradikalisasi yang dikembangkan oleh Pesantren. MT : Sampai hari ini, masih ada orang yang berhasil diadvokasi? NL : Program  advokasi tidak akan pernah berhenti, karena masih saja ada orang-orang (baca: mantan aktifis gerakan radikal bawah tanah) yang mendatangi saya. MT : Kenapa mereka datang ke kyai? Bukanlah tak pernah ada promosi tentang ICDW (Indonesian Center for Deradicalization and Wisdom)? NL : Biasanya mereka datang dengan kesadaran sendiri, bukan direkrut. ICDW belum pernah melakukan rekruitmen. MT : Kenapa tak merekrut? Bukankah dengan merekrut akan semakin banyak orang yang diadvokasi? NL : Kalau kami merekrut, berarti kami melakukan intervensi terhadap gerakan-gerakan radikal. Lebih bijaksana jika kita melayani mereka yang datang sendiri ke sini. Berarti kita melayani tamu. Apa yang tamu inginkan, itulah yang kita lakukan. Jika mereka berkenan mengikuti program ICDW, ya silakan. Jika sekedar tukar pikiran, diskusi, ya cuma sampai pada tataran pemikiran saja. MT : Apakah pemerintah mendukung program ICDW? NL : ICDW adalah program independent. Tidak ada kaitan dengan pemerintah. Meskipun program ini bisa jadi dianggap membantu pemerintah dalam mengurangi ancaman terorisme, tapi tetap saja kami berdiri sendiri. Pemerintah punya cara sendiri. Kamipun punya cara sendiri. Kami lebih persuasif dan bersahabat, karena tak menganggap kaum radikalis itu sebagai musuh yang harus dicerca, dihina, bahkan dijerumuskan ke neraka dunia. MT : Dari daerah mana saja yang sudah mengikuti program ICDW dan telah kembali menjadi "orang biasa-biasa saja"? NL : Banyak. Belum lama adalah beberapa orang dari Surabaya, Madura, Jawa Barat, dan beberapa orang di Jakarta. MT : Apa yang mereka lakukan setelah mendapatkan advokasi? NL : Macam-macam. Ada yang kembali jadi pengusaha kecil-kecilan. Bahkan ada juga yang sekarang usahanya sudah besar dan bisa mempekerjakan para mantan aktifis gerakan radikal yang sudah sadar. Ada juga yang kerja jadi kuli, guru, teknisi komputer, dan lain-lain. Pokoknya kita mengembalikan mereka kepada apa yang mereka bisa. MT : Apa yang kyai inginkan untuk ICDW ke depan? NL : Kami ingin mempunyai lahan khusus untuk terapi secara intensif.  Di lahan tersebut berdiri pondokan untuk mereka yang sedang mengikuti program deradikalisasi dan wisdom (spiritual therapy). MT : Dimana rencananya lahan tersebut? NL : Entah, belum dapat gambaran. Inginnya di dekat-dekat sini saja. Biar dekat dengan pesantren. MT : Kenapa tidak digabungkan dengan pesantren saja? NL : Kurang baik untuk santri. Tugas mereka adalah belajar. Mendalami ilmu agama dan keterampilan. Lebih baik ICDW memiliki pondok sendiri. Terhadap santri, pondok ICDW itu sekedar jadi laboratorium penelitian saja. MT : Adakah anggota gerakan radikal yang menghalangi program ini? NL : Mereka tahu siapa saya. Mereka tahu bagaimana sikap saya terhadap negara ini dan terhadap gerakan-gerakan seperti mereka. Sejauh ini, belum ada yang melancarkan sikap ketidaksetujuan secara jahat. Bagaimanapun, orang-orang gerakan radikal itu juga masih punya pikiran jernih untuk menentang pesantren ini. Khususnya terhadap program ICDW. MT : Apa yang biasanya mereka nyatakan terhadap sikap kyai? NL : Yang masih hangat terjadi awal november lalu. Ada yang datang dengan membawa kemarahan terhadap negara republik Indonesia. Bahkan ia mencaci maki presiden di depan saya, dengan kata-kata yang tak senonoh. MT : Kenapa ia bersikap begitu? NL : Tak tahu. Saya tak tahu hatinya. Tapi saya curiga, ia hanya sekedar memancing ataupun memprovokasi agar saya ikut-ikutan anti pemerintah. Mungkin begitu... MT : Maksud kyai, orang tua yang pernah mengajak kyai pergi ke sebuah pertemuan gerakan radikal di Palembang kemarin? NL : Ya. Tepat. Kasihan sekali... usianya sudah tua, tapi masih menyimpan dendam dan amarah. Kasihan sekali melihat orang-orang seperti itu...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun