Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif Artikel Utama

Bongkar Prasasti Jalan Tol Tanjung Priok, Mubazir dan Biang Kemacetan!

23 Februari 2014   19:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 57 0
[caption id="attachment_324166" align="aligncenter" width="620" caption="Admin/Ilustrasi/KOMPAS(AGUS SUSANTO)"][/caption] Tulisan ini saya buat karena nggak habis pikir dengan cara berpikir alias logika para petinggi di Jasa Marga dan semua pihak yang sudah banyak untung dari Jalan Tol Cawang - Tanjung Priok. Konon jalan tol dibangun supaya mengurangi masalah transportasi Jakarta, masalah macet, jalan banjir, dan perempatan yang tidak berlampu merah. Namun saya baru sadar sesadar-sadarnya, ternyata di balik tujuan mulia yang muluk muluk itu ternyata UUD, ujung-ujungnya duit, nggak mikir rakyat harus menderita karena tanah milik rakyat diperkosa Jasa Marga demi pembuatan jalan tol, yang ternyata nggak menyelesaikan persoalan transportasi di Jakarta. Contoh nyata nih, jalan tol pertama di Indonesia dengan ruas paling ujung dan jadi pusat peresmian jaman Soeharto dulu, ya Tanjung Priok. Tepatnya di pintu Plumpang. Saya jadi ingat betapa sumringahnya rakyat Priok melihat Soeharto yang sangat berkuasa saat itu berkunjung ke pintu tol Tanjung Priok untuk meresmikan jalan tol yang begitu membanggakan. Dan dipilihnya prasasti peresmian di lokasi Plumpang - Jl Yos Sudarso menjadi istimewa, Tanjung Priok menjadi pintu utama tol Indonesia. Namun waktu berlalu, dan ternyata model pilihan membuat prasasti di pintu tol Plumpang itu malah jadi sumber malapetaka buat warga Tanjung Priok. Gara-gara pintu tol di mulut Jl Plumpang Raya, sekarang ini semua warga Priok, terutama warga Plumpang setiap detik menelan kemacetan. Pukul 24 pun masih macet, terutama kalau jadwal kapal masuk pelabuhan, yakni dari hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Puncaknya Jumat. Tetapi tidak jarang Sabtu dan Minggu juga ratusan bahkan ribuan mobil kontainer yang buesar buesar itu menyesaki jalur biasa di Jalan Yos Sudarso arah Pelabuhan Tanjung Priok dan sebaliknya. Sengsaranya Menuju Tanjung Priok Sekarang ini kalau kita berkendaraan dari arah Perapatan Senen menuju Tanjung Priok lewat jalan biasa, pasti terhambat berkali-kali. Pertama di putaran epan Astra Honda, karena banyak mobil berputar dari Cempaka Mas menuju arah sebaliknya, yakni ke Perapatan Senen (kiri ke Pulogadung, lurus ke Jl Ahmad Yani, dan kanan ke Jl Suprapto, Senen). Yang membuat tambah parah, mobil yang berputar itu adalah mobil doyan mobil. maksudnya mobil kontainer pengangkut mobil baru, biasanya satu kontainer itu berisi 10 mobil baru, yang dengan nyantainya berputar tanpa perduli mobil di belakangnya harus menunggu bermenit-menit, karena besarnya kontainer itu. Hambatan berikutnya, gampang di tebak, di putaran menuju Mal Artha Gading, di depan pabrik Tancho. Setiap hari Ribuan mobil penghuni Kelapa Gading selalu berebut memutar. Sudah tersedia dua jalur jalan untuk yang mau memutar, tetapi terkadang tidak cukup 2 jalur yang sebenarnya untuk kendaraan yang menuju arah lurus (tdak memutar) selalu diserobot mereka yang mau memutar ke Kelapa Gading. Terpaksa kendaraan yang sebenarnya harusnya lurus bebas hambatan, jadi macet karena ulah para penyerobot yang mau berputar arah. Itu baru dua putaran yang dijamin bikin macet kendaraan menuju arah Tanjung Priok. Yang terakhir,  bagi mereka yang bertujuan ke arah Tanjung Priok, dijamin macet di  daerah Pool, karena adanya putaran menuju  Jl Plumpang Raya. Yang memutar di sana selain kendaraan dari jalan biasa (non tol) juga kendaraan muntahan dari jalan tol yang memutar menuju Jl Plumpang Raya. Itulah putaran yang paling parah.  Luar biasa macetnya. Rata-rata perlu 30 menit untuk bisa melewati perapatan tersebut jika kita mau lurus ke arah Tanjung Priok, dan perlu 60 menit untuk mereka yang memang menuju jl Plumpang Raya. Kalau Jasa Marga Perduli Sebenarnya kalau Jasa Marga perduli, atau kalau perlu Pemda DKI lewat Dinas Tata Kota atau Dinas Pekerjaan Umum mendesak Jasa Marga,  untuk mengatasi kemacetan parah tadi  semestinya sudah secepatnya pintu tol utama Tanjung Priok menuju arah Cawang  dibenahi alias dibongkar saja. Tujuannya jelas, agar  ribuan mobil dari arah Jl Plumpang yang sebenarnya menuju Tanjung Priok, terutama kontainer yang menuju Pelabuhan,  tidak perlu memutar sekitar tiga  kilometer lagi di putaran Sunter Podomoro (depan kantor Astra Daihatsu). Buang waktu, buang tenaga, dan bikin macet cet cet, karena ratusan kontainer tadi otomatis memenuhi jalan, dan menghambat kendaran dari Priok yang lurus menuju Kelapa Gading. Jokowi - Ahok, Berani Bongkar Prasasti Pintu Tol Tanjung Priok? Usul itu sangat simpel, tetapi menghadapi tantangan besar, yakni mesti membongkar prasasti peringatan  tol, yang dulu dijadikan Prasasti peresmian jalan tol Cawang - Tanjung Priok atau dinamakan Jl Wiyoto Wiyono. Jadi untuk melengkapi kemegahan prasasti tol,  maka   pihak Jasa Marga menyediakan 10 gardi tol (dua diantaranya sekarang dijadikan gardu  e-tol). Namun beratus kali  bahkan beribu kali saya lewati gardu tol utama Tanjung Priok itu, kok 10 gardu  tol itu TIDAK PERNAH DIBUKA SEMUANYA SEKALIGUS karena memang tidak ada kebutuhannya. Sepanjang pengalaman saya, biasanya cuma tiga  pintu  tol yang dibuka. Itupun tidak lebih antrian 4 (empat) mobil. Jadi apa gunanya dibiarkan 10 gardu  tol itu tetap bertengger menguasai tanah rakyat, sementara rakyat sang pemilik jalanan negeri Indonesia,  malah  berjejal di jalan biasa yang sekarang tinggal tiga jalur,  bahkan  satu  jalur sudah untuk bus way. Jadi rakyat cuma kebagian dua jalur, sedangkan Jasa Marga bisa menguasai jalanan besar sehingga bisa membuat  10 gardu pintu tol tadi. Saran saya, segera dibongkar  atau dibenahi saja sehingga bisa meminimalkan kemacetan di putaran menuju Jl Plumpang, dan sebaliknya, dari Plumpang yang berniat putar balik ke arah Pelabuhan Tanjung Priok. Siapa yang akan menikmati hasil usulan itu? Yang jelas ratusan bahkan ribuan  kontainer dari Jl Plumpang Raya akan segera sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok tanpa perlu repot-repot memutar di depan Astra Daihatsu Podomoro. Demikian juga sebaliknya ribuan mobil dari Sunter yang menuju Jl Plumpang Raya tidak perlu berebut dan berjejal di depan putara Pool Tg Priok, jika pintu tol utama Tg Priok itu dibongkar langsung. Buat yang belum pernah menempuh jalan Tol Cawang sampai ke mulut terakhir, di pintu Tanjung Priok, mungkin nggak kebayang. Namun buat kompasianer yang pernah, atau bahkan terpaksa setiap hari mencici pi kemacetan akibat (maaf) arogannya Jasa Marga membiarkan 10 pintu tol Tanjung Priok tetap berdiri teguh padahal yang dipakai cuma 3 pintu tol saja. Jadi, buat Jasa Marga cepat deh bongkar prasasti dan 10 gardu pintu  jalan tol yang mubazir. Kalau cukup dengan 3 pintu tol, ngapain tujuh gardu  pintu tol dibiarkan,  sementara rakyat berjibaku melintasi jalan biasa (non tol)  karena lahan milik rakyat dikangkangi jalan tol,  dijadikan 10 pintu tol yang mubazir itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun