Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ibu ku Malaikat ku,.....

3 April 2010   15:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:00 1273 0
Ibu adalah segalanya bagi ku, sejak ayah ku meninggal dunia saat aku dan adikku masih belum sekolah peran dan sosok Ibulah yang dominan dalam hidupku. Beliau telah berjuang dan bekerja keras buat membesarkan putra-putrinya. Menurut cerita Ibuku, beliau sangat bahagia hidupnya. Ayahku seorang tantara, keluarga muda beranak satu yang hidup dalam kecukupan. Ketika umurku 3 tahun pada tanggal 17 Desember 1953 aku dapat hadiah dari Allah seorang adik laki-laki yang montok. Jadi aku dan adikku memiliki tanggal lahir yang sama hanya beda tahun. Aku lahir pada 17 Desember 1950, hebat ya Ayah dan Ibuku dalam berkarya. Melahirkan dua orang anak denagn tanggal yang sama, tidak mudah lho. Kalo gak percaya coba saja sendiri.



Ibu mu adalah Malaikat mu,.....
Ibu mu adalah Surga mu,......
Ibu mu adalah Guru Sejati mu,.....
Ibu tidak saja sebagai pendidik, tapi........
Ibu adalah penyelamat Generasi Penerus.
Jadikanlah diri mu seorang Ibu yang layak disebut Ibu........


Sejak ayahku tiada pada tahun 1955 peran keluarga besar terutama Kakek lebih dominan, apa kata Kakek ya itulah yang harus beliau lakukan. Waktu itu sekitar tahun 1956 Ibuku dijodohkan dengan seorang duda tanpa anak. Dengan harapan Ayah tiriku akan mencintai cucu-2nya. Ternyata Ibuku tidak mudah mencintai suami barunya, begitu beliau suka cerita pada ku.

Aku sangat mensyukuri biarlah Ayah ku meninggal lebih dulu yang penting aku masih punya Ibu, resikonya kehilangan ayah adalah kehilangan tiang utama (Jawa : Soko Guru) dari keluarga. Sehingga masalah ekonomi pasti berdampak sistemik ( pinjam istilah populer kasus Bank Century) dalam ekonomi rumah tangga dan keluarga. Maklum saja pada saat itu pada umumnya tentara gak ada yang kaya seperti sekarang. Hidup kami bertiga ditobang bantuan dari Kakek, yang namanya penerima bantuan ya pasti tidaklah nyaman. Intervensi pasti terjadi, termasuk dalam hal perjodohan. Memang pada tahun 50an posisi kaum wanita masih sangat lemah hak-haknya wanita juga tidak punya posisi tawar. Yah akhirnya terima nasib sajalah.

Dengan tidak meremehkan peran Ayah, banyak pihak mengakui bahwa peran Ibu lebih besar dalam keluarga. Bahkan banyak juga Ibu-Ibu yang mampu mempertahankan kejandaannya demi berjuang untuk masa depan anak-anaknya.  Berperan ganda didalam keluarga, sering disebut "Single Parent" itulah hebatnya Ibu. Ya berperan sebagai Ayah juga sebagai Ibu bagi putra-putrinya.

Rosulullah menempatkan posisi seorang Ibu sangat tinggi diatas kaum pria. Dalam hadis shahih diriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya pada Rosul :"Siapakah orang yang pantas aku hormati ya Rosul?" Jawab Rosul : "Ibu mu." "Lalu setelah itu siapa lagi Ya Rosul? Jawabnya "Ibu mu." Masih belum puas orang itu bertanya lagi : "Sesudah itu siapa lagi ya Rosul?" jawabnya lagi : "Ibu mu" sudah tiga kali jawab Rosul tetap "Ibu mu." Orang itu tetap masih penasaran bertanya lagi: "Setelah itu siapa lagi ya Rosul?" Jawab Rosul : "Ayah mu". Jadi kedudukan Ayah dapat peringkat keempat, sementara Ibu menduduki peringkat 1 sampi 3.

Negara Republik Indonesia pun menempatkan posisi Ibu sangat istimewa dan terhormat, ada "IBU NEGARA" karena beliau adalah istri dari Kepala Negara ( Bukan Bapak Negara ). Ada "Ibu Kartini" tokoh wanita bangsawan yang sangat peduli pada kaumnya dimasa itu. Beliau sangat dikenal dan dihormati kaum wanita Republik ini sebagai tokoh emansipasi wanita. dengan kumpulan surat-suratnya yang dikenal dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang." Sebentar lagi kita akan memperingati "Hari Kartini" pada tanggal 21 April. Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, sementara dinegeri ini tidak memiliki "Hari Bapak". Ada pula sosok Ibu yang imaginatif yaitu "Ibu Pertiwi" sosok Ibu yang diagungkan penduduk seluruh negeri bahkan ada lirik lagunya seperti ini : "Ku lihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati...... Silahkan diteruskan sendiri.

Ada lagi sosok Ibu yang sangat mempesona orang banyak. Ibu yang jadi tumpuan harapan buat orang yang ingin sukses dalam berkarier. Sehingga banyak orang rela meninggalkan kampung halaman untuk merantau, mencari sesuap nasi dan segenggam berlian, mobil mewah, rumah bagus dan jabatan empuk atau basah. Siapa lagi kalo bukan sosok si Ibu perkasa, beliau sering disebut "Ibukota." Omong-omong tentang "Ibukota" ini konon katanya lebih kejam dari sosok "Ibu Tiri" saking kerasnya kehidupan dikota-kota besar seperti Jakarta ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun