Hal tersebut bukanlah wawasan, pengetahuan, data, atau kemampuan menulis. Bukan juga kemampuan indexing jurnal karena Indonesia dikenal sebagai center untuk joki dan hamba scopus.
Hal yang hilang tersebut adalah apa yang dikenal sebagai central Argument. Saya memang baru menyadari hal ini belakangan setelah Dr. Ibrahim Kaln memberi feedback kepada tugas paper saya. Walaupun dahulu Dr. Joseph Lumbard, Dr. Mu'taz Al Khatib, Dr. Dheen Muhammad, Dr. Anto Muhsin dan Dr. Asna Husin selalu menekankan sebelum menulis paper riset, pastikan central argument sudah dimiliki.
Namun apa itu central argument?
Secara simple saya cuma bisa menjelaskan: argument yang mengarahkan bagaimana riset itu berjalan, dan tulisan ratusan halaman dalam paper/ thesis itu tujuannya untuk meyakinkan orang tentang argumen tadi.
Sulit memang untuk dijelaskan lebih detail, tapi dalam satu kesempatan Dr. Wael Hallaq memberikan analogi bahwa seorang peneliti itu ibarat pemburu. Pemburu yang hebat adalah mereka yang siap dengan peralatan terbaik, dan punya target yang spesifik.Â