Malam ini, aku membuat daftarku sendiri. Dua kuntum mawar? Sudah. Dua flute sparkling wine? Sudah. Cincin? Sudah. Berulang kali daftar itu kuperiksa. Hanya untuk memastikan semuanya sempurna.
Satu dekade ini aku menunggu. Aku setia. Aku percaya. Malam sepuluh tahun lalu itu memang menyisakan cerita antara kita. Cerita istimewa, yang membuatku bertahan hingga malam ini dalam kesendirian.
Aku masih menunggu, meski hampir satu jam berlalu. Aku percaya kau akan berjalan anggun ke arahku. Memelukku erat. Menumpahkan semua rindu yang selama dasawarsa ini kau pun menahannya, seperti aku menahan rinduku.
Tetapi tidak. Hanya seorang waitress menghampiriku. Senyumnya sungguh tulus. Ia berujar pelan, “More champagne, Sir?”. Tanpa merubah ekspresi, aku menjawab pelan, “Yes, please.” Aku masih mau menunggu. (*)