Bung Karno, dengan peneropongan dari sudut pandang ekonomis mengidentifikasi pergerakan wanita dalam tiga tingkatan.
Pada tingkat yang paling awal, pergerakan kaum wanita masih berkutat pada main "puteri-puterian". Dalam tahap ini, kaum wanita terutama sekali banyak mengadakan kursus-kursus kewanitaan yang aktivitas utamanya adalah bagaimana menjadi "istri dan ibu yang baik". Pada hakikatnya gerakan wanita tingkat satu ini justru melanggengkan praktik patriarki yang kebablasan.
Di tingkat kedua, kaum wanita mulai "melek" dengan status yang disandangnya dalam kehidupan masyarakat. Mereka sadar, bahwa mereka hanyalah golongan kelas dua yang dimarjinalkan dari kehidupan masyarakat yang dinamis.