Setelah mandi, aku bawa mobilku ke tukang tambal ban. Lumayan jauh jaraknya dari rumahku. dua kiloan kira - kira. Sampai di tempat, rupanya harus antri satu, karena ada sepeda motor yang ban dalamnya masih di bakar bagian yang bocor. Setelah menunggu sekira 10 menit tibalah giliran mobilku.
Di sebelah tempat tambal ban ada sebuah warung yang menjual nasi bungkus, gorengan dan lain sebagainya. Warung itu diterangi lampu kecil saja sehingga tidak cukup terang. Tapi mataku dengan terang bisa melihat ada dua orang wanita yang menjadi pembelinya, mereka bercengkerama dengan dua orang pria dengan usia yang lebih tua dari mereka. Lalu sambil menunggu banku diproses sama pak Met, pak tukang tambal ban, aku iseng tanya ke pak Met, siapa wanita di warung itu. Apakah pacar dari pria-pria itu, atau orang kost yang mungkin cari makan ataupun minum. Jawaban yang cukup mengejutkan aku dapatkan dari pak Met, " Mereka cewek-cewek nakal mas, suka nemeni karaoke di atas sana", kata pak Met. "O ya", kataku dengan terkejut, "Mereka padahal cukup cantik dan sepertinya bukan cewek-cewek yang nakal". "Memang mas, tapi mereka bisa kok diajak juga setelah karaokean", sahut pak Met. Dengan iseng lagi aku timpali "Berapa tarifnya pak semalam?". " Ya, tergantung mas, tergantung pembicaraan awal, kalau pas cocok malah tidak bayar".
Pembicaraan terhenti ketika pak Met mencabut paku yang menempel di ban luarku. Pak Met dengan trampil memasangnya di mobilku lagi. Selesai, aku membayar Rp 10.000,- . Sambil pulang masih terngiang pembicaraanku dengan pak Met. Inilah realita hidup. Harga diri tidak terlalu utama dibanding uang dan kesenangan.