Malam yang selalu akan terasa seperti perahu tanpa kemudi, tanpa arah, dan tanpa pegangan. Meski aku telah mencoba membuat kemudi dari kucuran air mataku. Tapi, badai tak pernah mampu kuhalau jauh hingga tangisan batinku terhenti. Yah, batinku menangis lagi untuk yang kesekian kalinya. Atau, aku yang selalu merasa bahwa aku selalu benar. Aku sadar bila aku pernah menanam duka di pelataran jiwamu. Tapi, salahkah aku jika duka itu ingin kurubuhkan dengan cintaku yang masih menjulang untukmu? Sejak saat itu, tak pernah lagi kau berikan sepenggal hati yang selalu kulindungi dengan ihklasku. Tak pernah lagi ada............!!!!!!!!