Pagi hari saya membaca buku karya Rusdi Mathari "Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam".
Rusdi adalah seorang penulis dan juga merupakan jurnalis lepas. Jasad Rusdi mati tahun 2018 tapi ia abadi dalam berbagai karya karyanya.
Tulisannya menarik ketika membawa fakta fakta soal korupsi dan hegemoni sosial yang terjadi di Indonesia.
Saya memilih kata "hegemoni" setelah melihat beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini, misal seorang mantan narapidana kasus korupsi yang baru saja tiba di kampung halamannya. Bak pahlawan, ia disambut dengan meriah sepanjang jalan. Padahal faktanya ia adalah seorang pejabat publik yang merugikan negara. Miris memang. Ini yang disebut Gramschy "Hegemoni" kemampuan untuk memanipulasi persepsi masyarakat yang dipimpinnya, ini juga akibat kesadaran yang dibangun adalah kesadaran mistis.
Rusdi adalah orang yang tidak berangkat dengan kesadaran mistis, ia memiliki kesadaran kritis. Sehingga mampu mengungkapkan fakta buruk birokrasi kita.
Beberapa hari lalu, kami bertemu dengan Bambang Wijayanto. Seorang pengacara publik yang aktif dalam permasalahan korupsi, Bambang pernah memimpin Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, dan merupakan pendiri Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) bersama Munir.