Ibu, tunggu kami di seberang
Di seberang ibu menunggu dengan senyuman cinta
Hati-hati kami menjemput senyumnya
Tak sampai hati kami tenggelamkan senyummu, Ibu
Kami disini
jika harus tenggelam, biarlah
kami tak gentar tuk lewati arus
bentang beratus-ratus meter kami tak peduli
kami rindu petuahmu
kami impikan pribadi luhurmu tiap malam
kami tak letih dengan ketukan-ketukanmu di papan reyot itu
saat subuh bersiap menyapa mentari, semangat kami telah lebih dulu bersinar
kami kalahkan sang mentari milik Tuhan
demi cita-cita kami menggenggam dunia
lepas sepatu
lepas kaus kaki, tak semua berkaus kaki
siapkan do’a dan restu raja dan ratu kami
mari gapai dunia
tunggu kami, Ibu
langkah awal tiap subuh tak lagi kami rasa
deras arus yang dingin menusuk tulang, ah, kami lebih kuat!
Riang senyum melangkahi arus pemisah kami
Ibu, hanya senyum inilah umpan jembatan hati kami
Tunggu kami, Ibu
Ibu guru, tunggu kami!
Senyum kalahkan tangis
Tawa kalahkan takut
Deras air tak ubahnya genangan sehabis hujan
Tunggu kami, Ibu
Ibu, kelak, takkan kami biarkan manusia baru mengikuti langkah kami
Tidak lagi lepas sepatu
Tidak lagi lepas kaus kaki, tak semua berkaus kaki
Tetap tunggu kami, Ibu
Raih tangan kami dengan tutur senyummu dan bentuklah kami dengan ketukan cinta yang luhur!
Agar kami tak bertopeng lagi nanti
Agar manusia baru kami tak rasa palsu dengan deras ini
Agar mereka tak lagi payah ‘tuk kau tunggu seperti kami
Tunggu kami sebentar lagi, Ibu
Erat genggaman tangan kami akan mengangkap uluran tanganmu
Do’akan kami, Ibu
Kuatkan kami, Tuhan
Beri kami kaki Tuhan
Agar tak satu dari kami sempat jatuh dan membuat Ibu tenggelamkan senyumnya
Agar Ibu guru tak teteskan air mata sia-sia