Pagi ini datang seorang sahabat, sebut saja namanya Zulmaizar. Pemuda paruh bayah ini sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas Terkemuka di Jakarta. Remaja tanggung dari Sulawesi Barat ini  dengan wajah polos membicarakan persoalan BLSM dan kenaikan BBM. Dia mengatakan bahwa bentuk kebijakan pemerintah ini sangat memberatkan rakyat termasuk juga mahasiswa kos-kosan.
Dengan sedikit nada kesal, remaja ini berujar "Imbas naiknya harga berakibat pada kenaikan harga sewa kos-kosan, kebutuhan biaya sehari-hari semakin meningkat, pusing broo", sambil menyuruput kopi yang sudah dipesan dan garuk-garuk kepala, maizar  tak habis pikir bagaimana untuk menyiasati hidup di Jakarta.
Sewa tempat tinggal naik , biaya makan sehari-hari juga naik, belum kebutuhan kuliah seperti makalah dan buku. Dengan biaya kiriman uang sebesar 600 ribu perbulan, terasa berat berjuang di Jakarta. Mau tidak mau harus cari sampingan kerja sambil kuliah.
"Dulu 20 ribu saja sudah cukup untuk biaya hidup sehari. Sekarang bisa mencapai 50 ribu sehari. Kalau 50 ribu dikalikan 30 hari, totalnya Rp 1.500.000," ungkap Maizar. Hal ini yang membuat pemuda tanggung tersebut semakin pusing. Untuk sehari-harinya saja masih kurang, apalagi kalau ditambah biaya pacaran, untuk mengajak jalan cewek seperti mentraktir makan dan nonton, bayangannya untuk menaklukan hati wanita pun semakin jauh.
Imbas kenaikan BBM ini membuat zulmaizar harus berputar otak, menyiasati dengan gali lobang dan tutup lobang di warung-warung nasi. Beginilah salah satu kisah potret dari imbas kenaikan BBM. Masih banyak potret masyarakat lainnya yang bercerita keluh kesah akibat kenaikan BBM.