Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Mahasiswa Brawijaya Ciptakan Mesin Pengering Pintar Untuk Rumput Laut

24 Mei 2016   03:21 Diperbarui: 24 Mei 2016   04:01 211 2
Menurut Data statistik sementara (2015) Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan produksi rumput laut Indonesia jenis Gracilaria sp., di tahun 2013 menempati urutan kedua setelah Tiongkok, dengan produksi sebesar 975 ribu ton. Namun dari potensi produksi rumpur laut tersebut tidak diimbangi oleh penanganan pascapanen yang tepat seperti pengering. Pengeringan yang umum dilakukan oleh petani rumput laut adalah pengeringan metode konvensional dengan memanfaatkan sinar matahari dimana rumput laut dijemur diatas tikar atau para bambu. Hal ini menguntungkan petani rumput laut karena biaya operasional yang murah akan tetapi pengeringan konvensional ini dipengaruhi oleh cuaca dimana pengeringan konvensional ini membutuhkan waktu 3-4 hari yang menyebabkan kadar air pada rumput laut tidak sesuai dengan standar mutu dan kotoran yang bertebaran disekitar rumput laut yang dapat menurunkan kualitas rumput laut. Adapun beberapa teknologi yang dikembangkan untuk pengeringan rumput laut yaitu cabinet tray dryer (Primyastanto dan Firdaus, 2010) dan pengeringan cara adsorpsi dengan oven (Djaeni et al.,2007). Akan tetapi, teknologi pengeringan ini, tidak dapat memprediksi besar kecepatan pengeringan pada berbagai kondisi operasi yang menyebabkan waktu pengeringan tidak dapat diprediksi secara lebih akurat. Berlatar belakang hal tersebutlah kelima mahasiswa Brawijaya memiliki ide untuk mengoptimalkan proses pengeringan tersebut dengan menciptakan mesin pengering pintar yang digawangi oleh Eka Tiyas Anggraeni (TEP/13), Muchammad Zakaria (TEP/13), Tanti Nirwana Tambunan (TEP/13), dan Risky Pratama Yudi (TEP/14).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun