Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Siluet Matahari Kembar

27 April 2015   21:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 37 2
Malam bergelayut di sepanjang dinding angkasa semesta
Basah dan manja seusai terbilas derai hujan dua petang
Rona gulita mengulum kerlip cahaya hingga lelah

Menjadi alibi bagi rembulan meningkap derap tanya

Gemintang pun serasa enggan memberi pertanda

Sejak riuh tentang Matahari Kembar membahana


Hempasan angin reda menyulam sepoi-sepoi
Rerumputan terdiam dalam rangkaian gumam
Tinggal serpihan masygul di sela sela ruang hampa
Segala khutbah terciprat mencari titik buram
Tak ada Matahari Kembar, kembar siyam, apalagi siyam kembar
Purnama bukanlah matahari walau berbalut pendarnya
Bias kejora jelaslah bukan pula

Langit, bebukitan, karang karang hingga kobaran api

Bukan Matahari Kembar, atau kembaran matahari


Lalu? Matahari Kembar hanyalah gema alu reput keadilan
Menggemerincing ayat ayat terampas makna
Syahdu gurindam senyap menguar lenyap

Bayang bayang nafsu beradu jelma siluet kebenaran

Ringkih tertatih-tatih merayapi helaian renda renda usang singgasana
Kerlinglah, sayap sayap bidadari meluruh dedaunan rapuh
Berganti lembaran bikini meliuk binal di bawah gemerlap irama menghentak
Coba memburu udara bebas dari kolong kolong pengap tarbiyah
Saat mualim bukan lagi sahabat kesunyian, hanya tawanan angka angka


Dan? Tiang tiang gantungan menumbuh pancang
Kian erat kembali memeluk tubuh tubuh penjaja asupan setan
Perampas jiwa tunas tunas hingga layu sebelum merekah

Itu pun bukan Matahari Kembar, jelas bukan

Maka, kemari sajalah Dewi Malam

Aku tahu betul betapa merajuknya dirimu

Biarlah kubisikkan mesra, ”Kau bukanlah Matahari Kembar

Meski indah binarmu selalu berpendar-pendar”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun