Jawaban bisa beragam. Tapi, saya sampai sekarang belum nemu orang yang ga suka semur jengkol lalu memaksa agar orang yang sedang makan semur jengkol berhenti makan, apalagi memukulnya? Saya juga belum pernah menemukan diskriminasi pemakan gado-gado terhadap penikmat lontong hanya karena beda selera.
Ingat, selera itu buah dari keyakinan mengenai apa yang paling nikmat menurut masing-masing kita. Jadi, pluralisme telah dipraktikkan oleh para pecinta kuliner dan makanan.
Dan, keragaman dan penghargaan atas keragaman inilah yang saya bayangkan sebagai pluralisme.
Any idea?