Tiga belas tahun silam, Bu Yanti memiliki seorang sahabat yang berdomisili di Kota Batu, Malang. Secara mengejutkan, sahabatnya yang cantik tersebut  menawarkan cecek siap masak. Ternyata, itu adalah cecek yang diproduksi sendiri.
Maka, Bu Yanti menyatakan ketertarikannya untuk bekerja sama dalam mengembangkan bisnis tersebut. Berbulan-bulan Bu Yanti menekuni bidang tersebut, belajar macam-macam kulit sapi, cara pengolahannya hingga siap dimasak.
Setelah dirasa cukup, Bu Yanti kembali ke kampung halaman untuk membuka usaha cecek. Kulit sapinya diperoleh langsung dari sahabatnya.
Kulit sapi yang telah dipotong-potong dan dibedakan sesuai jenis, kemudian dibakar agar tidak keras saat direbus.
Setelah proses pembakaran, kemudian direndam semalaman dan direbus hingga lunak. Cecek yang telah lunak, kemudian direndam sambil dibersihkan untuk kemudian siap dijual.
Biasanya, sudah ada tim yang datang untuk mengambil cecek tersebut. Perkilonya dibandrol harga dua puluh empat ribu rupiah.