Hari ini sebenarnya ada tiga agenda penting anggota DPR di Senayan yaitu, pertama mengikuti rapat paripurna untuk membahas berkaitan penjelasan tentang penyampaian ekonomi makro fiskal dari pemerintah. Kedua, memberi persetujuan deputi gubernur Bank Indonesia teranyar, dan yang ketiga adalah persetujuan peraturan DPR tentang kebebasan informasi publik.
Akan tetapi berdasarkan situs berita online seperti www.tribunnews.com (20/5), melaporkan bahwa rapat Paripurna DPR kali ini sangat sepi sangat sepi peserta. Dari 560 anggota Dewan di Senayan, hanya 249 anggota DPR yang hadir. Salah satu penyebabnya adalah ketidakhadiran seluruh anggota Fraksi partai demokrat.
Menurut situs berita tersebut Sejumlah anggota asal Partai Demokrat tak hadir lantaran mengikuti kongres kedua Partai Demokrat. Izin tak hadir mengikuti rapat paripurna disampaikan secara tertulis dari Fraksi Partai Demokrat dengan ditandatangani Ketua Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
--------
Sebenarnya bila kita melihat alasan mereka untuk “mangkir” mengikuti rapat Paripurna DPR itu tidak masuk akal dan cenderung mengada-ngada. Pasalnya kita tahu bahwa arena kongres kedua Partai Demokrat kali ini berlokasi di kota Bandung.Siapapun tahu, jarak antara Jakarta dan Kota Bandung tidaklah terlalu jauh. Bila berangkat menggunakan mobil pribadi tidak lebih dari 4 jam perjalanan. Apalagi rapat baru akan di mulai besok tanggal 21 Mei 2010. Jadi, bila mereka benar-benar memperlihat keseriusan sebagaimana tujuan utama mereka menjadi anggota DPR, rasa-rasanya tidak mungkin meninggalkan rapat.
Oke katakanlah, rapat paripurna kali ini tidak begitu penting. Tetapi semestinya mereka tahu, gaji yang mereka terima setiap bulannya bukan untuk mengikuti kongres. Tetapi honor yang diterima dari rakyat untuk mengikuti rapat paripurna tersebut. Apalagi label mereka adalah “Anggota Dewan Perwakilan Rakyat”, bukan “Perwakilan Partai”. Semestinya rapat untuk kepentingan rakyat lebih penting dari pada mengikuti kongres.
Oleh karena tidak salah bila kemudian ada rumor dalam masyarakat bahwa sesungguhnya banyak anggota yang dipilih oleh rakyat itu bukan untuk mewakili rakyat. Tetapi hanya untuk kepentingan partai semata.
Pertanyaan kita, apakah itu tanda-tanda bahwa anggota partai demokrat akan meninggalkan rakyat? Jawabannya masih dapat diperdebatkan. Tentu para politisi itu akan memberi statemen tertentu berkaitan dengan ini. Tetapi mereka juga harus tahu rakyat sudah lelah melihat tingkah polah mereka di parlemen selama ini yang selalu mengatasnamakan rakyat.