Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menjadi Orang yang Tidak Pernah Susah

5 Juli 2010   12:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:05 184 0
[caption id="attachment_186007" align="alignleft" width="300" caption="Sbr. Ilustrasi: http://4.bp.blogspot.com/_Ss0mnUxe69k/SxsXscJdyAI/AAAAAAAAALg/BU6sLXW0Oog/s320/happy_man.jpg"][/caption]

Pada hakekatnya tidak ada satupun orang yang mengingini hidupnya susah. Semuanya menginginkan dalam hidupnya selalu mendapat kemudahan-kemudahan. Tetapi kenyataannya tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mampu hidup dengan kemudahan-kemudahan seperti yang dia ingininya itu. Karenanya, tidak ada satupun manusia di duniaini yang tidak pernah berkeluh kesah. Keluh kesah merupakan pengenjawantahan dari kesusahan hidupnya.

Namun demikian ada juga dalam ngobrol dengan teman-teman sering kita dengar kata-kata yang mengangumi seseorang berkaitan dengan kehidupannya: “Bagaimana ya hidup kita ini bisa seperti dia yang setiap harinya senang-senang saja tidak pernah susah? Padahal kita tahu bahwa kehidupan orang yang dibicarakan itu tidak berkecukupan alias hidup pas-pasasan”.

Pertanyaannya adalah apakah benar orang yang dibicarakan itu memang tidak pernah merasakan susah?

Nah, menjawab pertanyaan seperti itu tidak akan memperoleh jawaban yang pasti. Bila dijawab “ya” belum tentu benar. Dan, demikian pula bila dijawab “tidak” juga belum tentu benar. Kenapa bisa seperti itu karena jawabannya sangatlah relative tergantung dari sisi mana perspektif kita.

Sebagaimana kita ketahui bahwa, dalam hidup ini ada dua hal pokok yang menjadi ukuran seseorang dikatakan susah dan tidak susah (senang dan bahagia). Pertama, ukurannya berkaitan dengan materi atau kebendaan cenderung berkaitan dengan hal-hal yang dapat dilihat. Rumah bagus, mobil mewah dan hal-hal lain yang berwujud kebendaan.

Kedua, ukurannya bukan kebendaan tetapi dengan sesuatu yang abstrak tidak dapat dinilai dengan sesuatu yang tampak. Hal kedua ini berkaitan dengan kepuasan batiniah. Bila seseorang telah mampu melihat persoalan hidup dari sisi kedua ini, maka persoalannya tidak sebesar yang dihadapi oleh orang-orang yang memandang hidup dari ukuran yang pertama tadi.

Bagi mereka yang memandang kebahagiaan hidup ukurannya bukan pada materi maka tidaklah banyak persoalan. Meskipun yang bersangkutan itu kelihatan secara material tidak mencukupi seperti orang yang menjadi obrolan kita di atas, tetapi kelihatannya senang dan tidak merasa susah.

Sekarang persoalannya adalah banyak yang kita dapat (barangkali kita sendiri) yang terkadang melihat kebahagiaan hidup itu berdasarkan materi. Sehingga banyak diantara kita yang selalu berupaya bagaimana caranya agar dapat mengumpulkan sesuatu yang bersifat materi itu sebanyak-banyak mungkin.

Bukan berarti ini tidak boleh. Tidak ada satu aliran pun di dunia ini yang membatasi untuk memperoleh hal-hal yang bersifat materi itu sebanyak-banyak mungkin. Sebab alangkah baiknya bila antara yang bersifat material dan hal-hal yang abstrak seperti yang kita sebutkan di atas seimbang. Tentu saja itu harus diperoleh sesuai dengan kemampuan kita dalam mengelola sesuatu dengan baik sehingga sesuatu yang bersifat materi itu kita peroleh dengan cara yang tidak menganggu orang lain.

Misalnya, bila menjadi pejabat, janganlah melakukan korupsi atau intrik-intrik lain yang tidak dibenarkan oleh hukum agama dan negara. Bila ini dapat dilakukan dengan baik, maka silahkan mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya. Bila hal ini tidak mungkin dilakukan maka tidak perlu memaksakan diri.

Bila ini dapat dipahami secara benar, maka menjadi orang tidak pernah susah bukanlah hal yang susah dilakukan. Dan, menulis dikompasiana juga merupakan salah satu cara untuk memenuhi kepuasan batiniah. Mudah-mudahan bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun