Dengan pencapaian yang dimiliki Bima Arya (pendidikan S3, pengamat politik, sudah dikenal publik), banyak pihak yang menaruh harapan terhadap Bima Arya sebagai ketua IKA Smansa. Apalagi SMAN 1 Bogor sebagai sekolah unggulan di Kota Bogor, tentu harapannya ikatan alumninya bisa membuat program-program yang besar dampaknya bagi alumni dan masyarakat pada umumnya. Namun sayang, hingga akhir kepengurusan Bima Arya, harapan tersebut belum terwujud.
Selama kepengurusan IKA Smansa di bawah kepemimpinan Bima Arya, terdapat banyak dinamika dan kritik. Di tengah kepemimpinannya di IKA Smansa, Bima Arya ditunjuk menjadi Ketua DPP PAN Bidang Komunikasi Politik. Kesibukannya yang bertambah-tambah membuatnya sulit untuk bisa fokus hanya pada IKA Smansa saja. Sayangnya hal tersebut tidak dibarengi dengan koordinasinya yang baik dengan jajaran pengurus IKA Smansa lainnya, sehingga sempat terjadi kondisi saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab. Banyak pengurus yang memilih untuk mengundurkan diri dari IKA Smansa selama kepemimpinan Bima Arya. Hanya tinggal segelintir alumni yang masih bertahan dan hadir dalam agenda-agenda IKA Smansa.
Posisi Bima Arya sebagai ketua IKA Smansa pun bisa jadi tak lepas dari motif politiknya untuk meraup dukungan sebagai calon wakil walikota Bogor. Namun meminta dukungan dari organisasi yang dipimpin mungkin tak salah-salah amat asalkan ia benar-benar komitmen memajukan organisasi yang dipimpinnya. Sayang sekali hal ini seringkali diabaikan. Melihat kiprah Bima Arya di IKA Smansa, mungkin kita perlu mempertimbangkan bagaimana kelak kepemimpinannya jika ia menjabat walikota Bogor. Ditambah fakta bahwa dalam politik praktis selama ini Bima hanya bertindak sebagai komentator, bukan pemain yang terjun langsung.
Sekali lagi saya belum menemukan bukti nyata kelayakan Bima Arya untuk mencalonkan diri menjadi walikota Bogor. Semakin banyak mencari, saya semakin tidak yakin kemampuan Bima Arya untuk memimpin. Sepertinya kita sebagai warga Bogor musti lebih selektif dalam memilih.
---
Sumber: teman saya yang alumnus Smansa, tetapi tidak mau disebutkan namanya