Tanggal 2 September 2013 kemarin, calon walikota Bima Arya-Usmar berkampanye di Lapangan Kresna Jl. Raya Indraprasta-Bantar Jati Kota Bogor. Dimana sepanjang jalan menuju lapangan tersebut sudah banyak spanduk-spanduk yang bergambarkan Bima Arya-Usmar. Kemacetan parah pun terjadi di sekitar jalan menuju lokasi tersebut. Belum menjabat saja sudah bikin macet.
Saya mengira kampanye tersebut akan berjalan seperti biasanya kampanye damai, namun ternyata kericuhan terjadi dalam kampanye tersebut. Kampanye tersebut mendadak berubah menjadi ajang tawuran antarpendukung Bima Arya, gara-gara masalah sepele: berawal dari saling dorong secara membabi-buta hingga adu jotos yang tidak bisa dielakan.
Bahkan kericuhan tersebut pun sulit diantisipasi oleh pihak keamanan yang bertugas pada kampanye Bima Arya-Usmar. Apakah ini walikota yang akan memimpin kota Bogor? Bahkan mengantisipasi terjadinya kericuhan dalam kampanyenya saja tidak bisa. Dalam kampanyenya saja mencegah kericuhan tidak bisa, lalu bagaimana mau memimpin Kota Bogor ini?
Belum lagi menurut warga setempat, lapangan tempat kampanye Bima Arya-Usmar menjadi penuh dengan sampah yang berserakan dimana-mana setelah acara tersebut. Walaupun dari pihak Bima Arya-Usmar sudah membayar segelintir orang (kurang-lebih 3 orang) untuk membersihkan tumpukan sampah yang ada di sekitaran lapangan, tetap saja dalam membersihkannya dilakukan oleh warga sekitar yang ingin menggunakan segera lapangan tersebut.
Bayangkan! Membersihkan sampah yang berserakan dimana-mana disekitar lapangan itu hanya dengan segelintir orang. Tidak dilakukan dengan segera pula. Apa ini orang yang akan memimpin Kota Bogor? Belum lah menjadi Pemimpin Kota Bogor, sudah menyusahkan masyarakatnya. Apalagi nanti kalau sudah terpilih?
Lantas, apa yang dimaksud slogan Bima Arya-Usmar yang berbunyi “Bogor Bisa”, ya? Bogor bisa MACET, Bogor bisa RICUH, dan Bogor bisa KOTOR, itulah yang tercermin dari kampanyenya. Mari memilih pemimpin dengan hati nurani, warga Bogor!