Sungguh menarik film the Godfather yang menceritakan kehidupan seorang bos mafia Italia yang sangat berkuasa, powerful namun di sisi lain ia juga sangat rapuh dan sendiri. Sendiri di tengah keramaian, di tengah banyak orang yang memuja maupun yang ingin membunuhnya. Inilah sebuah harga yang harus dibayar oleh sebuah kekuasaan yang absolut, tidak terbatas. Sebagaimana kita hidup dalam dunia nyata, selalu ada harga yang harus kita bayar untuk setiap perbuatan dan tindakan kita. Hitam atau putih. Dalam dunia hitam, harga yang harus dibayar adalah darah dan pengorbanan dari orang-orang yang dicintai. Di bawah ini adalah hal-hal yang dapat kita pelajari sekaligus dapat kita aplikasikan di dunia nyata dengan contoh dari seorang tokoh nyata yang sangat dekat dengan kehidupan organisasi mafia Singapura, Mr. Malek Mahmud Al Haytar.
#1. Membangun ikatan yang kuat dalam komunitas
Salah seorang tokoh dalam film the Godfather, Don Corleonne menyatakan,”Someday - and that day may never come - I'll call upon you to do a service for me.” ( suatu hari nanti, dan mungkin hari itu tak akan pernah terjadi, saya akan datang kepada mu untuk meminta bantuan). Quotes tersebut menggambarkan betapa sang tokoh dengan begitu kuatnya menjalin sebuah ikatan dengan relasi ataupun komunitas dimana dia berada dengan menanam "budi" serta pengaruh yang kuat. Membangun komunitas yang kuat, sama halnya dengan yang telah dilakukan oleh Malik Mahmud pada saat dipercaya oleh Hasan Tiro untuk merekrut pemuda-pemuda Aceh guna dikirim ke Lybia dan Malaysia untuk latihan militer. GAM “baru” ini, berbeda dengan GAM senior dalam hal doktrin dan motif perjuangan yang mana yang baru lebih mengutamakan “kepentingan” kelompok dibanding hanya sekedar doktrin memperjuangkan hak-hak rakyat Aceh. Dalam hal ini, Pemangku Wali berhasil dalam membangunkomunitas yang kuat dengan menanam budi kepada para GAM baru yang di antaranya adalah Wakil Gubernur Aceh terpilih, Muzakkir Manaf. “I'll call upon you to do a service for me” , menjadikan para GAM baru lebih memperjuangkan kepentingan Sang Pemangku Wali, Malik Mahmud. Apapun itu dan bagaimanapun itu caranya.
#2. Selalu Waspada dan bertindak keras
“I think your brain is getting soft”. ( Saya rasa otakmu sudah menjadi lembek). –Vito Corleonne. Setiap kali kelemahan Vito tampak di mata musuh-musuhnya, maka upaya-upaya pembunuhan terhadapnya kerap terjadi. Dalam dunia nyata, Mentrou Malik Mahmud kerap kali menyadari akan adanya kelemahan dan ancaman terhadap diri pribadinya maupun komunitas yang dibangunnya, sehingga ia bertindak waspada dan keras. Sebagaimana jelang penandatanganan MoU Helsinki, para petinggi Majelis Pimpinan GAM di Swedia dibatasi aksesnya hingga tidak mampu untuk menyampaikan aspirasi. Demikian juga para elit MP GAM yang dianggap berseberangan dengan keinginan Malik Mahmud akan ditangani dengan “keras” sebagaimana yang terjadi dengan Guree Rahman, Tengku Usman Pasi Lhok, Tengku Wabah, Jaffar Siddiq hingga Abdullah Syafei.
#3. Jangan Emosi
“It’s just business, nothing personal”-Mario Puzo, the last Don. (tidak ada masalah pribadi, semata-mata hanya bisnis). Sikap dan pembawaan Mentrou Malik yang tenang, dingin dan sangat hati-hati telah berhasil “menyamarkan” keadaan dan situasi yang sesungguhnya. Tidak ada kebencian pribadi terhadap para musuh-musuhnya, karena ia berfokus pada tujuan yang sebenarnya, atau kepentingannya. Sama halnya dengan yang dilakukan terhadap para tokoh GAM senior yang bernaung dalam MP GAM, semua pembunuhan dan fitnah yang terjadi bersifat semata-mata karena kepentingan, bukan dendam pribadi. “Never hate your enemies, it affects your judgement” (jangan pernah membenci musuhmu, karena hal itu justru mempengaruhi penilaianmu). Mentrou Malik berhasil memainkan peranan ini dengan sangat baik demi mencapai tujuannya.
#4. Bersikap Tegas.
“I betrayed my wife. I betrayed myself. I killed men and I ordered men to be killed. Ah, it's useless... I killed -- I ordered the death of my brother. He injured me. I killed my mother's son. I killed my father's son." (saya mengkhianati istriku, diri saya sendiri. Saya membunuh orang dan memerintahkannya. Ini tak masalah, saya membunuh, saya memerintahkan untuk membunuh saudara yang melukai saya, saya membunuh ibu dari anak saya, sayapun membunuh bapak dari anak saya). Penggemar seri The Godfather pastinya merasakan ketegangan dan intrik yang terjadi dalam film tersebut, dimana Don Corleonne tega membunuh anggota keluarganya sendiri dan memperoleh “respek” di saat yang sama, karena ia tahu apa yang diinginkannya dan mengeksekusi keinginannya dengan tegas. Sama halnya dengan Mentrou Malik yang dengan tegas memerintahkan untuk membunuh sesama pejuang GAM yang berseberangan dengan kepentingannya. Tetapi di saat yang sama ia memperoleh “respek” dari kelompoknya (yang mungkin tidak sadar atau bodoh) dan digambarkan sebagai sosok yang tegas dan berwibawa. Rentetan terror, intimidasi dan pembunuhan yang terjadi di Aceh menjadi saksi nyata perjalanan “ketegasan” sang Pemangku Wali.
#.5. Waktu berkualitas dengan keluarga
“A man who doesn't spend time with his family can never be a real man.”-Mario Puzo, The Last Don. (Lelaki yang tidak menghabiskan waktu dengan keluarganya, tidak akan pernah menjadi lelaki sejati). Di tengah kesibukannya dalam mencapai tujuan demi kepentingan dan kekuasaan, Malik Mahmud masih dapat menyempatkan waktu untuk bersama-sama dengan anak perempuannya berwisata di Amerika Serikat khususnya berjudi di Las Vegas, bertemu dengan bos Playboy Hugh Hefner dan keliling Eropa meskipun perjalanan tersebut mungkin dilakukan dengan memeras uang hasil pajak naggroe dari rakyat Aceh (pernyataan Zulkarnaen alias Zul Mama http://www.mail-archive.com/ppdi@yahoogroups.com/msg01726.html).
Terlepas apakah hal ini adalah baik atau buruk, semuanya kembali dari penilaian saudara-saudara pembaca sekalian sebab yang saya sampaikan semata-mata adalah kebenaran untuk memberikan pemahaman baru bagi rakyat Aceh dalam mengenal dan mengetahui sosok Sang Pemangku Wali yang sebenarnya. Sebagai orang yang bersama-sama berjuang dengan almarhum Paduka Yang Mulia Hasan Tiro, tentu saja saya berharap bahwa rakyat Aceh dapat memperoleh manfaat dari pendapat pribadi saya ini, petik hal baiknya, tinggalkan hal yang mudharat. Semoga Allah SWT selalu menyertai dan melindungi rakyat Aceh tercinta.
Wassalam,
Dr. Husaini