Sesuai dengan agenda acaranya, blogshop tersebut di bagi dalam dua sesi. Sesi pertama materinya tentang citizens journalism, dan sesi kedua seputar kiat menulis cepat dan menarik.
Beberapa jam jelang acara itu, rasa deg-degan pun hadir dan menyelimutiku. Penasaran dan rasa kepingin segera ikutan juga begitu menggebu.
Tak kuketahui pasti kenapa tanda-tanda muncul tiba-tiba, khususnya beberapa menjelang acara blogshop itu akan berlangsung. Tapi setidaknya faktor ingin berkumpul bareng teman-teman di Aceh yang selama ini aktif menulis di blog membuat aku ingin segera bertemu. Ya, maklum karena kami selama ini hanya sebatas sering tegursapa dan ketemuan di dunia maya saja. Tidak saling berjumpa di dunia nyata. Makanya dengan adanya acara seperti blogshop ini, kami bisa bertatap muka satu sama lain di dunia nyata.
Tidak itu saja. Tapi ada sejumlah alasan lain yang membuatku deg-degan berat. Ada haru, ada gelisah.
Jujur saja, aku belum pernah masuk ke hotel tempat dilangsungkannya acara blogshop itu sampai kini. Selama ini aku sebatas lewat dan melintas begitu saja di jalan depan hotel itu. Nah, dengan adanya acara ini, setidaknya membuka peluang untuk aku masuk ke hotel yang terletak di Lampeunuruet. Dan hari itu juga yang akan menjadi pengalaman pertamaku masuk ke The Pade Hotel. Sebuah sejarah baru, bukan?
Sementara rasa gelisah datang ketika aku teringat catatan yang dituliskan oleh panitia penyelenggara blogshop. Di situ tertera: peserta diharapkan membawa laptop untuk praktek menulis.
Pasti Anda bertanya, ada apa dengan catatan panitia tersebut, sehingga aku bisa gelisah jelang acara.
Kenapa tidak gelisah?! Aku tidak memiliki laptop, kawan. Lalu bagaimana aku bisa ikut acara tersebut? Kan di acara itu ada prakteknya. Kan namanya saja acara blogshop tentang kreatifitas menulis. Ya, tugasnya menulis dan menulis.
Lalu, aku harus bagaimana? Rasa gelisah semakin bertambah. Haruskah aku bawa komputer (pc) kawan tempat dimana selama ini aku mengetik (melakukan kegiatan tulis-menulis) ke The Pade Hotel. Ah, tidaaakkkk!!!
Tidak mungkin!
Kemudian, timbul ide untuk meminjam laptop (notebook) kawan. Kembali bermasalah. Sama kawan yang mana aku bisa pinjam?! Kan banyak kawan yang punya laptop. Karena umumnya mahasiswa di Aceh sekarang sudah memiliki laptop. Hanya aku saja yang belum punya dan sejumlah kecil mahasiswa lain.
Laptop seakan menjadi trend tersendiri bagi mahasiswa di Aceh. Bisa dibilang sudah menjadi gaya hidup, di samping untuk keperluan kuliah dan kantor. Hadirnya sejumlah jejaring sosial membuat laptop begitu laku keras perbeliannya di Aceh. Nyaris tidak ada mahasiswa tanpa laptop.
Bersamaan itu juga hadirnya banyak warung kopi dan tempat-tempat umum dengan dilengkapi fasilitas jaringan internet (wifi), lagi-lagi membuat laptop semakin diminati untuk dimiliki.
Dan buktinya bisa Anda lihat sendiri. Warung-warung kopi yang menyediakan fasilitas wifi mayoritasnya penuh dan digemari pelanggan. Mereka umumnya hadir dengan membawa laptop. Di warung tersebut mereka bebas berselancar di dunia maya. Ini sebuah fenomena kekinian di Aceh.
Kembali ke laptop!
Aku masih gelisah. Dan hingga tulisan ini selesai, gelisah itu belum pergi dan hilang. Belum kutentukan targetnya. Ya, target sama siapa aku akan meminjam laptop. hehe
Namun, aku berkomitmen kalau pagi harinya sudah harus ketentukan target itu. Meski nantinya akan mengorbankan salah seorang teman.
[Bandar kupi, pukul 02.10]
salam kompasiana