Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Kemungkinan Terbaik

3 Oktober 2023   06:57 Diperbarui: 3 Oktober 2023   07:35 182 0
Hari-hari terakhir ini, Dugal begitu semangat datang ke madrasah, tempat ia bekerja. Pagi-pagi sekali ia sudah berangkat dari rumah, naik sepeda motor butut kesayangan. Dugal rela melakukan itu untuk kebaikan bersama, dan kebaikan semuanya.

"Apa yang saya lakukan ini agar seluruh komponen yang ada di madrasah senang. Setidaknya mereka bisa tersenyum dan bangga dengan madrasahnya, " ujar Dugal kepada Dihaw rekannya.

Dengan kesederhanaan Dugal bisa dibilang dalam berpenampilan tidak seperti orang-orang. Malah bisa dikatakan kere. Pakaian yang dikenakan ke tempat kerja maupun di kampung itu-itu saja. Bukan apa-apa karena memang tidak bisa membeli. Gaji bulanan tak seberapa. Hanya cukup untuk biaya keseharian dalam beberapa hari.

Setelahnya Dugal rela apa adanya.  Baik untuk makan minum maupun keperluan lainnya. Semisal beli BBM untuk motornya yang lumayan irit, karena memang jarang kemana-mana, hanya untuk ke tempat kerja, yang jaraknya hanya sekitar satu kilometer saja dari rumahnya.

"Mensyukuri apa yang sudah ada, lebih baik ketimbang mengharap banyak dari yang belum ada, " ujar Dugal.

Sudah lama Dugal tak jalan-jalan ke luar daerah. Biasanya Dugal dalam sebulan ada satu kali pergi jauh ke tempat lain untuk sekedar refresing, mengusir kejenuhan. Tapi bukan jalan-jalan biasa.

Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Selain untuk mengusir jenuh Dugal juga bisa mendapatkan ilham menulis lewat jalan-jalan yang ia lakukan.

Suasana di ruang Tata Usaha hari ini. Staf TU asik dengan tugas masing-masing di kursi dan meja kerjanya. Asik dan konsentrasi dengan tugasnya. Kadang pula asik dengan ponselnya. Entah buka WA atau pula bermain game.

Dugal juga tengah asik dengan tugasnya. Ditemani kipas angin kecil yang sudah butut, namun masih bisa digunakan mengusir gerah di tubuh Dugal.

Masih diingat oleh Dugal kala ia pergi dengan temannya ke sebuah air terjun di kabupaten tetangga. Pagi-pagi mereka sudah berangkat dari rumah. Jarak jauh mesti ditempuh.

Dugal senang jalan-jalan ke tempat alami seperti itu. Walau banyak rintangan dan hambatan, juga jarak yang cukup jauh, tetap ia lakoni.

Inspirasi bisa hadir dari melakukan perjalanan itu. Tak akan ia lupakan seumur hidupnya. Kesan manis akan disisakan sebagai pengalaman silam penuh semangat tinggi.

"Lewat perjalanan ke tempat alami, saya bisa mengambil hikmah dan manfaat untuk jadi pemantik hidup ke depan, " ujar Dugal berfilosofi.

Dugal melakukan perjalanan bersama teman akrabnya se kampung bernama Lazir. Lazir menemani Dugal kemana saja sepanjang senang dan mampu. Rela menempuh jarak yang cukup jauh, untuk satu tujuan.

Dugal dan Lazir sama-sama senang jalan-jalan. Jalan-jalan yang bermanfaat tentunya. Perjalanan yang menghadirkan banyak kesan, kesan manis dan indah. Semua terekam indah di memori Dugal, yang suatu waktu bisa diputar kembali. Ingatan senang dan bahagia.

Kampung Angkinang, tempat Dugal tinggal berada di kiri kanan jalan nasional. Cukup vital dan strategis. Dugal cukup beruntung dikaruniai kampung yang tenang, aman, dan damai. Kampung yang selalu ramai siang malam. Kampung yang warganya rukun.

Pergi ke warung depan madrasah. Perut sudah keroncongan. Perlu untuk diisi. Dugal pesan kepada pemilik warung teh es dan nasi putih berlauk haruan masak habang. Tak sampai lima menit nasi itu sudah ludes. Ambil lagi wadai yang ada di etalase kaca. Ada apam dan wadai untuk.

Di warung saat itu tak banyak orang. Setelah membayar Dugal kembali ke tempat kerja. Meneruskan tugas yang ada. Hingga siang hari Dugal berada di ruang Tata Usaha.

Pulang dari madrasah Dugal berbaring di kamar. Lelah setengah harian berkutat dengan pekerjaan. Sambil rebahan ia dengar ceramah agama dari speaker mini. Materi ceramah ia ambil dari youtube. Ada penceramah terkenal di Banua. Dugal merasa tercerahkan dengan mendengarkan ceramah itu.

Lewat ceramah agama yang ia dengarkan, bisa juga menghibur, bila ceramah diselingi dengan humor. Selama beberapa puluh menit ceramah ia dengarkan, lalu dimatikan untuk tidur. Jelang Maghrib baru bangun.

Banyak keinginan Dugal yang belum tercapai. Tak mudah memang untuk bisa meraihnya. Butuh kerja keras dan perjuangan yang luar biasa. Tapi tekad kuat sudah membaja. Dugal berharap semua itu akan dilewati seiring perjalanan waktu. Tujuan nyata mesti bisa dirasakan.

" Harus banyak-banyak bersabar. Kenyataan hidup tak seperti yang diharapkan. Semua sudah ditentukan Allah SWT. Kita tinggal menjalani saja. Mudahan kita bisa meraih hasil bagus. Tak perlu banyak keinginan. Jalani dan syukuri yang sudah ada, " ujar seorang Tuan Guru dalam Tausyiahnya yang didengarkan Dugal beberapa waktu lalu.

Pengalaman Dugal yang paling berkesan hingga sekarang, kala ia bisa bertemu orang yang penting dan yang jadi idolanya. Itu semua berkat bakat menulisnya. Dugal senang menulis puisi, cerpen, berita, dsb.

Tulisannya diposting di blog pribadi, media cetak, dan media online. Di daerahnya Dugal termasuk orang yang disegani di dunia kepenulisan. Karyanya kerap dijadikan bahan rujukan.

Dugal butuh suasana tenang. Ia selalu pergi ke tempat yang sunyi senyap. Ada semacam kesenangan bila melakukan semua itu. Sungguh ini hal yang teramat menyenangkan dan membahagiakan baginya.

Jejak perjalanan Dugal penuh dengan lika-liku. Perjalanan panjang memberi banyak arti. Harus berjalan memanggul kekuatan. Terus berjalan menuang sugesti. Jalan kebenaran menebar suara penuh bakti. Dugal ingin semua bisa dinikmati sepenuh senang dan bahagia.

Bersama rombongan sastrawan HSS, Dugal mengikuti Aruh Sastra di Pagatan, Tanah Bumbu. Berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggal Dugal. Berangkat pagi hari, tiba di sana sore usai shalat Ashar. Mereka menginap di rumah warga yang sudah disiapkan panitia Aruh Sastra.

Selama di Pagatan Dugal lebih banyak berada di penginapan, karena saat itu ia dalam kondisi tidak prima. Ketika rekan-rekanya tengah mengikuti rangkaian kegiatan Aruh Sastra, Dugal di rumah penginapan berbaring sambil main HP.

Dugal memang menyukai sastra. Terutama puisi dan cerpen. Sehingga saat melihat ada buku yang memuat keduanya Dugal buru-buru mencari cara bagaimana mendapatkannya. Sepanjang jalan halal. Bisa dengan membeli. Tak terhitung puisi Dugal yang dinuat di media cetak lokal maupun nasional.

Kemungkinan terbaik yang dihadapi Dugal, banyak teman dan bisa pergi ke tempat jauh. Menemui hal-hal yang tak terduga. Bisa menambah pengalaman baru. Saling bertukar pikiran. Saling berbagi ilmu menulis.

Namun setelah menggeluti dunia sastra sekitar puluhan tahun, ada juga titik jenuhnya. Muncul rasa bosan. Tak ingin lagi mengikuti kegiatan sastra. Soal menulis tetap saja, cuma kegiatan sastranya saja yang ia hindari. Berusaha menjauh setiap ada even sastra. Entah kenapa hal itu bisa terjadi.

Dugal berusaha untuk tetap eksis berkarya lewat tulisan. Ia akan terus menulis, menulis, dan menulis. Menghasilkan atau tidak menghasilkan, tetap menulis. Karena memang itu sudah dunianya. Berharap kemungkinan terbaik akan hadir sebagai ganjarannya.

Masih ada waktu untuk terus memberikan yang terbaik buat madrasah tercinta lewat berita, video, dan foto. Tak ada kata terlambat. Orang lain belum tentu bisa, jadi Dugal mensyukuri kemampuan yang dimilikinya.***

Angkinang Selatan, Akhir September 2023

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun