Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsudin menyampaikan tafsir dibagi menjadi dua, yaitu Tafsir bil ma'tsur metode penafsiran Al-Qur'an yang menggunakan riwayat, seperti sunnah, qaul sahabat, atau tafsir Al-Qur'an dengan Al-Qur'an.
Dan Tafsir bil ra'yi adalah metode tafsir Al-Qur'an yang menggunakan akal dan ijtihad untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur'an. Dalam tafsir bil ra'yi, mufassir hanya berpegang pada pemahamannya sendiri dan mengambil kesimpulan berdasarkan logika.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tafsir bil ra'yi salah satunya adalah menguasai bahasa Arab dan memahami lafadz-lafadz Arab, Tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sejarah manusia secara umum ataupun sejarah bangsa Arab secara khusus ketika penurunan al-Qur'an.
Beliau juga menukil maqolah al-Imam Asy-Syafi'i "Tidak dapat memahami al-Qur'an orang yang tidak menguasai bahasa Arab yang mana al-Qur'an diturunkan" Prof
. Dr. Abdul Mustaqim menyampaikan perkembangan al-Qur'an dari zaman ke zaman, zaman Nabi Muhammad SAW al-Qur'an di ajaran melalui lesan, pada zaman Sahabat al-Qur'an mulai ditulis, diberi titik dan harokat, pada zaman sekarang al-Qur'an ditulis dengan digital.
Beliau juga menambahkan, "Orang yang tidak mempunyai wudhu boleh hukumnya menyentuh al-Qur'an pada layar digital" tambahnya.
Hadir sebagai peserta Kemenag Kabupaten/Kota, perwakilan MUI se DIY, tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan dari KUA se kota Yogyakarta dan KUA terdekat kota Yogyakarta, serta perwakilan ta'mir masjid di Kota Yogyakarta. Terangnga. (M. Arif W.)