Dalam Bahasa Jawa Lebaran Ketupat, yang berasal dari akronim "Ngaku Lepat" yang berarti mengakui kesalahan, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan di Rutan Trenggalek. Ketupat bukan sekadar simbol khas Lebaran, tetapi juga menjadi representasi dari kesungguhan dalam memohon ampun dan memaafkan, menjadikannya momen penyucian diri dan kebangkitan rohani.
Dalam Griya Kreatifitas, warga binaan Rutan Trenggalek berkumpul dengan penuh semangat untuk merayakan Lebaran Ketupat. Mereka membawa kehangatan dan keceriaan, meskipun terbatas oleh jeruji besi, semangat mereka untuk merayakan bersama tak terpadamkan.
Kepala Rutan Trenggalek, I Kadek Dedy Wirawan Arintama, menyampaikan bahwa Lebaran Ketupat bukan sekadar acara rutin, tetapi juga merupakan bagian dari upaya rehabilitasi sosial. "Kami percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berubah dan memperbaiki diri, dan momen Lebaran Ketupat ini menjadi momentum yang tepat untuk itu," katanya.
Beliau menambahkan bahwa semangat kebersamaan dan toleransi yang tercipta dalam perayaan ini adalah cerminan dari kerja keras dan komitmen bersama. "Kami berharap bahwa semangat ini akan terus terjaga dan menjadi landasan bagi pembentukan masyarakat yang lebih baik di masa depan," ujarnya.