Bergandengan dengan Densus 88 Anti Teror, Kepala Satuan Tugas Densus 88, AKBP Zulfikar Simanjuntak, turut memberikan sambutan singkatnya, "Aksi terorisme merupakan ancaman global dengan potensi yang sangat tinggi. Pada tahun 2023, Indonesia berada di peringkat 31 dari 89 negara penilaian terorisme. Posisi ini tentu lebih baik dari pada tahun sebelumnya. Zero attack juga dicapai pada tahun 2023 namun kita harus terus tingkatkan indeks GTI (Global Terrorism Index). Dari parameter yang ada, terdapat tiga indikator didalamnya yaitu banyaknya insiden atau serangan terror, jumlah korban dan sandera, tingkat kerusakan, dan ancaman yang dilakukan," jelasnya. Acara dibuka secara langsung oleh Pejabat (Pj) Walikota Kota Tarakan, Baharuddin, diikuti pembacaan doa dari Ketua MUI Kota Tarakan, K.H. Zainuddin Dalila.
Fitri Zulkarnain, merupakan salah satu klien Bapas Kelas II Tarakan yang kali ini menjadi narasumber untuk memberikan pemahaman proses penyebaran paham Radikal di Indonesia. "Saat ini penyebaran paham sudah sangat berkembang. Dalam 1 jam saja seorang leader bisa menyebarkan paham ini kepada lebih dari 70.000 orang melalui internet. Media yang digunakan tidak sama lagi seperti metode lama. Transaksi juga tidak hanya melalui ATM atau transfer biasa, kami bisa menggunakan crypto dan AI. Maka Zero Attack ini jangan dianggap baik, perlu adanya kewaspadaan lebih dari pemerintah, stakeholder, maupun masyarakat," jelasnya. Fitri menjelaskan bahwa melalui modal penasaran, seseorang bisa menjadi perencana.
Mengakhiri acara, Fitri melaksanakan ikrar kesetiaan kepada NKRI. Pelaksanaan ikrar ini merupakan salah satu wujud komitmen bagi seorang mantan narapidana terorisme lepas dalam baiat terorisme. Setelah ikrar dibacakan, Fitri mengakhiri prosesi dengan hormat dan mencium bendera merah putih.
Kontributor : BapaSTAR/wln