Refleksi ini menuntun kita untuk bertanya pada diri sendiri: Apa yang telah kita lakukan di dunia ini? Apa kontribusi kita sebagai manusia untuk sesama, untuk masyarakat, untuk negara, dan yang paling penting, untuk diri kita sendiri?
Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), nilai-nilai Memento Mori seharusnya menjadi landasan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Kita adalah manusia biasa, sama seperti orang lain, tetapi dengan tanggung jawab dan wewenang yang besar. Dalam setiap keputusan yang diambil, jabatan yang diemban, dan tanda tangan yang dibubuhkan, kita harus senantiasa diingatkan akan kematian. Pertanyaan reflektif yang harus terus kita renungkan adalah:
1. Apakah keputusan yang kita buat benar-benar mencerminkan integritas dan nilai-nilai yang kita pegang?
2. Apakah keputusan tersebut memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan negara?
3. Sudahkah kita menjalankan jabatan dengan sepenuh hati dan sesuai dengan hati nurani?
4. Apakah setiap tindakan yang kita lakukan telah mempertimbangkan kemaslahatan bersama?
Memento Mori adalah pengingat bahwa hidup ini tidak selamanya. Pada akhirnya, kita semua akan kembali ke tanah, tempat asal kita. Dalam sejarah Roma, seorang budak biasa mendampingi para jenderal yang diparadekan dalam kemenangan, membisikkan kata-kata "Memento Mori", sebagai pengingat bahwa meski mereka berada di puncak kejayaan, kematian tetap menanti.