Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jembatan LKLB: Mengurai Problem Universal

31 Oktober 2023   04:47 Diperbarui: 31 Oktober 2023   04:47 96 1
Hingga kini umat beragama masih didera dengan beragam persoalan kehidupan yang berpengaruh tidak hanya pada privasi melainkan juga kepentingan masyarakat universal. Kemiskinan, korupsi, perundungan stunting, bencana, kekerasan dan lain sebagainya. Sejumlah problema tersebut tentunya juga menjadi persoalan kemanusiaan yang tidak hanya harus diselesaikan oleh agama tertentu. Persoalan-persoalan tersebut merupakan problem universal, di mana setiap lapisan agama dan lintas budaya mengalami dan merasakan dampaknya. Untuk mengurainya, diperlukan kerja sama antar orang-orang yang berbeda, baik suku maupun agama. Diperlukan juga literasi yang baik tentang perbedaan agama dan kebudayaan, agar mampu menjembatani kesepahaman bersama untuk mengurai problem universal baik dalam ekonomi, pendidikan, sosial, maupun politik.
Literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) patut dijadikan sebuah kerangka kerja untuk mencapai kesepahaman bersama dalam menyelesaikan  problem-problem universal, tanpa harus mengorbankan prinsip keyakinan agama pribadi. Literasi tentang keagamaan lintas kebudayaan perlu semakin digelorakan, mengingat begitu pentingnya sebuah pemahaman utuh terhadap realitas perbedaan. Sebab, pemahaman yang sempit tentang perbedaan, kerap melahirkan ujaran kebencian pada agama maupun budaya sehingga memasung toleransi. Akhirnya, upaya-upaya mengurai problem universal hanya akan menjadi sebuah wacana tanpa aksi.
Belajar dan bersikap bijak menghadapi sebuah perbedaan memerlukan pengalaman langsung dan dibarengi dengan perenungan mendalam. Saya menemukan arti penting perdamaian dan titik temu toleransi dalam menyelesaikan problem universal di Desa Baran Mundu. Desa Baran Mundu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Masyarakat di desa ini merupakan etnis suku Jawa yang memiliki penganut agama Islam dan Kristen mayoritas. Menarik untuk dikisahkan, bahwa penduduk desa ini tetap hidup berdampingan dalam damai kendati terdapat perbedaan keyakinan. Kristen yang mayoritas tidak lantas merasa superior dengan propaganda, begitupun Islam yang minoritas tidak merasa terusik eksistensinya atau merasa terkerdilkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun