Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sakit Jiwa? Jiwa Tak Pernah Sakit

17 September 2012   19:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 563 3

Percaya atau tidak “believe or not” diperkirakan ada 19 juta jiwa dari keseluruhan jumlah populasi penduduk Indonesia yang mengalami sakit jiwa. Apabila diperbandingkan, ada sekitar lima kali lipat penduduk pulau Bali yang menderita sakit jiwa. Berdasarkan Badan Statistik Provinsi Bali, jumlah penduduk di Bali mencapai 3.890.757 (SP2010). Jumlah yang fantastis.

Seiring semakin banyaknya penduduk Indonesia yang sakit jiwa semakin sering pula dan semakin lumrah saja kalimat sakit jiwa diungkapkan dalam percakapan. Apalagi orang yang sakit jiwa dibiarkan berkeliaran di jalanan.

Dalam ilmu kedokteran sakit jiwa disebut psikosis, adakalanya disebut psikopat bagi orang gila yang sadar. Untuk memperhalus bahasa, sakit jiwa dalam bahasa formal sering dinyatakan sebagai gangguan jiwa. Dalam bahasa local disebut buduh (bahasa Bali), Madness (english) atau kadang disebut Crazy.

Terlepas dari berbagai istilah marilah kita merenung sejenak. Benarkah kita mengatakan orang yang mengalami gangguan psikologis sebagai sakit jiwa, dengan kata lain benarkah jiwa bisa sakit?

Meski bukan ahli bahasa tetapi sedikit tidaknya masih bisa menjawab pertanyaan diatas dengan logika. Dalam kasanah bahsa sansekerta jiwa diartikan sebagai tenaga hidup “pemberi hidup”, yang menyebabkan mahkluk hidup bisa hidup.

Dalam teks-teks kitab suci disebut Atman, untuk memudahkan pemahaman disebut roh. Atman adalah percikan-percikan terkecil dari Paramaatman atau Tuhan yang berada didalam hati setiap makhluk hidup.

Didalam bhagavad gita dinyatakan bahwa jiwa/atman berada dimana-mana, tidak kering oleh api, tidak basah oleh air, kekal abadi dan sebutan lainnya yang hampir serupa dengan sifat-sifat Tuhan. Sebab atman merupakan percikan cahaya Ilahi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun