Jakarta adalah kota yang kejam, keras dan sangar. Coba perhatikan keadaan sekitar anda yang tinggal di Jakarta sekarang ini. Puluhan orang berdiri di pinggir-pinggir jalan menunggu kendaraan umum, lalu berebutan naik saat kendaraan tiba, tidak ada jadwal yang memberitahu kapan angkutan umum itu tiba dan berangkat, kecuali kereta api. Mobil-mobil kesulitan mencari tempat parkir, para pengemudi ojek terpaksa harus berebut mencari penumpang, pedagang kecil harus berjualan di pedestrian karena keterbatasan ruang usaha, sebagian orang terpaksa menjadi pengemis, meminta sedekah dari pengendara mobil. Di koran-koran selalu terdapat berita pembunuhan, penipuan, tindakan kekerasan, perkosaan dsb; yang terjadi di pasar, pertokoan, perumahan, dll. Para orangtua cemas kalau anaknya belum pulang jika hari sudah gelap, kuatir dipalak, dijahati atau diperkosa. Tawuran pelajar menjadi kejadian rutin. Penggunaan dan perdagangan narkoba merajalela. Kemacetan terjadi merata di semua wilayah, sejak dini hari hingga larut malam. Kecelakaan lalulintas menjadi berita rutin radio El Shinta, yang selalu menyiarkan berita-berita baru tentang berbagai kejadian di Jakarta khususnya. Pengguna motor harus mencari celah-celah sempit untuk bisa lewat, sementara mobil-mobil mengokupasi jalan dan mudah membunyikan klakson manakala ada kendaraan lain mau menyalip. Jalanan terasa sangar, tidak ada sopan santun lalulintas. Sampai di rumah, air ledeng tidak selalu mengalir, untuk minum harus membeli dari penjaja air keliling atau ke toko swalayan.
KEMBALI KE ARTIKEL