Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

Cerita Mistis Dibalik Rest Area 260 B, Kenangan Pabrik Gula Banjaratma

17 Februari 2023   19:20 Diperbarui: 22 Februari 2023   00:56 12056 51
Berpuluh-puluh tahun Pabrik Gula (PG) Banjaratma kecamatan Bulakamba Brebes beroperasi. PG peninggalan zaman Belanda itu sebelumnya sangat membantu perekonomian warga terutama para petani tebu dan seluruh staf karyawan. Pade saya sendiri bekerja di PG tersebut selama 32 tahun. Ketiga anak-anaknya yang laki-laki juga mengikuti jejak pade saya bekerja di PG tersebut. Mas Cicip, sepupu saya beberapa kali pindah ke PG yang lain, di Jatibarang dan Sragen. Juga mas Iis, adik mas Cicip yang ditempatkan di PG Pangkah.  Anak-anak bude menghidupi keluarganya dengan bekerja di PG.
Masa kecil saya ketika tinggal bersama keluarga bude menjadi kenangan indah yang tak terlupakan.
Dulu, saya sering main ke rumah teman di komplek perumahan karyawan PG, salah satunya di rumah teman yang anaknya seorang Administratur, jabatan tertinggi di PG saat itu. Shalat tarawih juga di masjid yang ada di komplek PG. Meskipun harus berjalan jauh dari rumah bude rasanya senang sekali bisa shalat dengan teman-teman. Rasa capek karena berjalan jauh pun hilang.
Siang hari sepulang sekolah saya sering mandi dengan teman-teman kecil di saluran pembuangan air dari pabrik. Air yang hangat bisa buat terapi badan. Aroma manis gula air itu seperti masih berasa hingga sekarang.
Tanggal 15 Februari 2023  saya silaturahmi mengunjungi bude. Saya menyempatkan keliling lokasi perumahan karyawan PG yang sudah hancur karena tidak ditempati lagi. Sejak PG Banjaratma tutup karena bangkrut rumah tempat tinggal karyawan kosong tak terawat. Dan sebagian besar kondisi sudah hancur.
Saat PG masih lancar, tradisi "Bancakan" diadakan setiap tahun. Yaitu ketika PG mau produksi gula pasir dengan menggiling tebu dari petani. Pesta rakyat untuk menghibur masyarakat sangat meriah. Acara yang selalu ada panggung hiburan itu diadakan selama seminggu. Banyak para pedagang yang berjualan dari warga sekitar. Pengunjung pun sangat banyak meskipun hujan-hujanan. Saya juga ikut berjualan dengan mbak Titing, sepupu saya. Saya yang masih kecil disuruh ini-itu nurut saja, nggak kenal capek. Ongkos bantu- bantu buat jajan di tempat itu juga sepulang sekolah. Kenangan indah masa kecil seperti terulang lagi. Bedanya lokasi PG sudah disulap menjadi rest area yang sangat indah. Sebagian tempat itu dilewati jalan tol yang dikontrak selama empat puluh tahun. Satu-satunya benda yang masih disisakan hanya mesin penggiling tebu. Pengunjung yang datang ke rest area menyempatkan untuk berfoto. Saya pun sempat foto di dekat mesin penggiling tebu yang mengingatkan masa kecil dulu.
 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun