Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Tentang Dia yang Bernama Malam, dan Dia yang Bernama Sepi

15 Januari 2011   03:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:34 104 0
Tentang mereka.

Tentang bagaimana mereka menggeliat--hidup berpayung langit yang sama, namun terpisah akan malam yang berbeda.

Saya kagum.

----dan saya menangis.

Ada tangan tak terlihat--mendorong saya ke belakang. Mengantar saya kepada ketidaktahuan. Menuding saya kepalsuan. Dan menutupi mata saya dari kenyataan. Betapa saya mengagumi mereka. Mereka yang berdiri menjulang di atas aksara yang menyusun kata kehidupan. Menopang hidup mereka dengan segala kemampuan dan kerendahan diri yang mereka miliki. Tidak, saya tidak bisa ikut membantu. Ada jarak disini--tak terlihat dan kasat mata.

Saya ingin...

Tapi tak bisa.

Saya hanya bisa berdoa. Berlutut di atas aksara saya sendiri. Mendoakan pagi kepada Malam. Dan uluran tangan kepada Sepi.

Saya angkat gelas untuk kalian.

Dari sini---dari jarak dimana saya diperbolehkan berada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun