Pada jaman modern sekarang ini cerita kutukan berantai juga terjadi pada proyek blok masela. Lapangan Abadi ini menyimpan potensi gas 10 TCF. Fasilitas produksi gas masela ini memerlukan biaya milyaran dollar Amerika. Potensi kandungan gas dan nilai proyek ini menimbulkan air liur bagi para pemburu rente di Republik ini. Berbagai cara untuk menipu rakyat disamarkan dengan nasionalisme semu yang digembar gemborkan. Blok Masela ini PSC nya adalah Inpex dan Shell yang sudah menandatangani kontrak pada tahun 1998.
Bermula dari pengangkatan Rizal Ramli sebagai Menko Maritim. Dia membuat kepretan yang tujuannya untuk publicity stunt. Setelah maskapai penerbangan Garuda dia kepret, dia lanjutkan ke ESDM dan mengintervensi Blok Masela. Sebetulnya intervensi ke Blok Masela ini tidak ada dasar teknis dan keekonomian yang kuat. Semua sekedar perkiraan. Guesstimate. Terjadi kegaduhan. Sudirman Said sebagai menteri ESDM melakukan perlawanan terhadap campur tangan pihak luar. Terjadi pertengkaran diluar rapat kabinet. Menggunakan medsos untuk saling sindir. Pertengkaran di luar rapat kabinet ini mendapat peringatan keras Jokowi. Akhirnya mereka berdua dikeluarkan dari kabinet.
Pemecatan Rizal Ramli dan Sudirman Said merupakan korban pertama dan kedua kutukan Masela. Arcandra adalah korban ketiga. Dia diberhentikan karena ketahuan memiliki kewarga negaraan Amerika. Pembocoran adanya paspor Amerika ini terpaksa membuat jokowi memberhentikan dari kabinet kerja hasil reshuffle terakhir. Tidak bisa dipungkiri posisi menteri ESDM adalah incaran parpol. Memang kelihatannya ada yang mengorek ngorek kewarganegaraan Arcandra untuk mendepak dari posisinya.
Setelah kementerian ini dijadikan ajang pertempuran Blok Masela posisi menteri ESDM sangat sulit. Program program yang sudah terencana dengan baik menjadi berantakan. Tugas negara untuk menjamin ketersediaan gas baik untuk diekspor maupun pemakaian domestik tidak bisa terpenuhi. Kondisi ini akan membuat kementerian akan menggeber program program untuk mengejar ketinggalan sehabis pingsan kena kepret. Disinilah letak fase berbahaya bagi negara. Mengejar ketinggalan mungkin saja dilakukan dengan hantam kromo melanggar kaidah kaidah yang harus dilakukan. Segala aturan baru diterapkan untuk mengusahakan proyek tetap berjalan, bisa jadi aturan itu sebetulnya merugaikan.
Kalau kita mau melihat secara jujur, maka Blok Masela in pingsan semenjak dikepret Rizal Ramli, dan sampai sekarang masih belum hidup lagi. Untuk bisa hidup lagi maka pemerintah harus menyetujui T&C baru yang disodorkan oleh kontraktor. Karena T&C baru ini sangat menggerogoti Indonesia, mungkin pemerintah belum bisa menyetujui. Segala tindakan pemerintah selama ini hanya artificial untuk memberikan kesan bahwa ada progress. Padahal sebetulnya cuma jalan di tempat tidak ada kemajuan sama sekali. Kabar tentang penyiapan SDM untuk mengelola Blok Masela sekedar untuk menyenangkan hati masyarakat yang kurang paham lika liku proyek. Penyiapan tenaga kerja blok Masela yang dilakukan universitas itu jelas proyek asal asalan. Prodi yang disiapkan tidak melalui perencanaan yang matang. Penyiapan tenaga kerja ini dilakukan alakadarnya agar terlihat serius melanjutkan Blok Masela sehabis kena kepret . Akibat aksi kepret ini ESDM mengalami langkah mundur. Target target dalam penyediaan gas akhirnya tidak bisa dipenuhi. Karena itu boss ESDM harus mengusahakan sesuatu agar terlihat moncer. Salah satu langkah yang diambil adalah mempercepat penyelesaian blok Masela. Proyek Masea saat ini sudah terjerumus kedalam lubang sehingga menjadi stuck.
Untuk mempercepat proyek gas Masela ini langkah yang harus dilalui sudah tentu adalah menyetujui T&C yang terlah diajukan kontraktor. Tanpa ini mungkin kontraktor tidak bergerak. Isi dari T&C ini tidak enak bagi Indonesia, membuat buntung. T&C yang diajukan Inpex adalah :
1. Perpanjangan kontrak 30 tahun
2. Tax holiday
3. Credit Investment via Cost Recovery
4. Split bagi hasil yang porsinya naik untuk Inpex
Mengabulkan permintaan T&C baru oleh kontraktor ini harus dipikirkan dengan teliti dan cermat. Point point yang diajukan kontraktor jelas merugikan Indonesia. Cara paling sederhana jika tidak mau repot adalah tutup mata dan menyetujui T&C baru. Karena ESDM dalam kondisi pingsan, maka akan menjadi godaan untuk cepat cepat meneruskan Blok Masela meskipun dengan melanggar kaidah. Yang dipentingkan adalah kecepatan melakukan tindak lanjut terhadap Blok Masela, Salah satu cara mempercepat proyek Masela adalah melakukan pelanggaran kaidah pelaksanaan poryek. Seperti kita ketahui Amdal harus dillakukan untuk memastikan bahwa proyek ini tidak bertentangan dengan kelestarian lingkungan. Terbetik berita bahwa ESDM berencana melakukan amdal paralel berbarengan dengan FEED (Front End Engineering Design).
Melakukan amdal paralel dengan waktu FEED ini nature nya adalah gambling. Jika hasil amdal untuk lokasi tersebut sesuai maka untung waktu. Tebakan cocok. Tapi jika hasil amddal ternyata tidak sesuai dengan lokasi tersebut, akan ada dua kemungkinan yang akan ditermpuh. Pertama mengganti lokasi sehingga FEED yang baru akan sesuai amdal. Opsi kedua adalah mencocokan atau memelintir hasil amdal sehingga sesuai dengan tebakan lokasi. Ini menghemat waktu, tapi efeknya belakangan akan terjadi kerusakan lingkungan. Pengalaman ladang gas Ichthys milik Australia tadinya gasnya akan dialirkan ke lokasi daratan terdekat di Maret Island. Ternyata study amdalnya tidak mendukung dan akhirnya lokasi LNG plant nya dipindah ke Darwin. Akhirnya kontrakornya merubah route pipa bawah laut menuju Darwin yang panjangnya lebih dari 900 km.
Melakukan amdal paralel waktunya dengan FEED resikonya cukup besar, kecuali sudah ada niatan hasil amdal nantinya diusahakan sesuai. Amdal cuma sekedar formalitas saja. Karena Inpex bisa melanjutakn pekerjaan jika syarat syarat T&C baru disetujui, maka diragukan kesepakatan baru bisa dicapai dengan segera. Kalau pemerintah tutup mata menyetujui persyaratan baru, dipastikan kerugian Indonesia sangat besar. Dari tambahan perpanjangan kontrak selama 30 tahun itu akan merugikan Indonesia. Tax holiday juga memperbesar uang yang masuk ke pundi2 Ipex. Credit Investment via cost recovery jelas menggerogoti uang Indonesia. Ini adalah biaya eksplorasi yang seharusnya ditanggung oleh Inpex, sekarang disuruh Indonesia yang bayar. Jumlahnya besar, sekitar 21 triliun rupiah. Kita harus ingat peristiwa bailout bank Century jaman SBY itu angkanya 6,7 triliun dan ini memicu pergolakan. Sekarang ini jika uang 21 triliun dibayari memakai uang rakyat maka bisa memicu ide pansus masela.
Proyek Masela ini masih menyimpan blunder. Penghentian proyek di tengah jalan membuka kesempatan bagi inpex untuk melakukan negosiasi baru. Ada celah baru untuk memainkan uang negara. Ada payung hukum baru diciptakan agar korupsi ini menjadi legal.
Langkah ESDM tidak semuanya disetujui masyarakat maupun pejabat institusi terkait. Setidaknya SKK Migas pernah mengatakan tidak akan menyerahkan uang negara begitu saja. Saya kira inilah hambatan ESDM untuk bisa secepatnya meneruskan proyek Gas Masela. ESDM harus menyingkirkan penghalang. Karena itulah muncul perlawanan pihak pihak tertentu yang berakibat munculnya dokumen paspor Amerika milik Arcandra. Langkah penyingkiran terhenti karena dicopot nya Arcandra. Ini adalah bagian dari tarik menarik para pejabat yang berurusan dengan blok Masela.
Kontraktor meminta agar IRR atraktif. Disebutkan IRR harus 15%. Kalau Indonesia seperti kerbau dicocok hidung nurut saja, maka kerugian yang dialami Indonesia akan sangat besar. Model cashflow nya akan dibuat menguntungkan kontraktor sangat banyak. Sedangkan bagi Indonesia akan mengalami kerugian. Angka IRR ini adalah berdasar mekanisme pasar, untuk proyek natural gas sebesar 12%. Dengan menyetujui angka 15% sama saja korupsi untuk menguntungkan pihak lain. Uang negara akan bocor sangat banyak. Tentu saja ini bisa direka -reka payung hukumnya agar korupsi ini bisa menjadi legal.
Tindak lanjut yang dipamerkan untuk menunjukkan bahwa Masela sedang maju progress nya adalah cuma buat menyenangkan masyarakat. Dibalik itu yang disembunyikan adalah berbagai keruwetan masalah. Bagi ESDM cara sederhana adalah tutup mata dan menyetujui T&C baru yang diajukan kontraktor. Dengan cara ini maka kontraktor akan untung besar sedangkan Indonesia akan mengalami kerugian besar. Kerugian yang dialami Indonesia ini tidak terlihat gamblang di mata masyarakat awam. Namun jika dilakukan analisa keekonomian secara mendetail maka akan terlihat kerugian ini. Perubahan skema LNG plant di tengah jalan ini membuka peluang untuk para oportunis untuk mengambil keuntungan pribadi. Tidaklah mengherankan posisi menteri ESDM ini menjadi rebutan partai politik untuk mendudukkan kader nya. Posisi ini rawan untuk diisi oleh orang yang diplot untuk bisa disetir menjalankan strategi buruk. Dalam perebutan posisi strategis ini akan digunakan cara cara apapun untuk saling menjegal. Pengungkapan kepemilikan Paspor Amerika dari Arcandra adalah salah satu taktik untuk menjegal.
Korban kutukan Masela belum tentu berakhir di Arcandra. Dengan potensi negara dirugikan seperti dijabarkan di atas, maka keputusan deal dengan kontraktor harus dilaksanakan dengan cermat. Kalau Jokowi tidak hati hati kutukan Masela ini akhirnya akan menerkam dia sendiri. Mudah mudahan langkah Jokowi untuk Masela ini selanjutnya dilaksanakan dengan penuh kehati hatian.