Selamat malam semua, setelah secara resmi PSSI yang tidak diakui Kemenpora ini menghentikan Liga Indonesia (QNB League) musim 2015 ini termasuk juga dengan kompetisi domestiknya dengan dalih situasi Force Majeure “versi PSSI” yang ternyata direspon negative dan juga mendapat penolakan dari beberapa klub yang tetap menginginkan kompetisi dilanjutkan, sementara pak Ketum LNM dengan entengnya mengatakan “Kepalang tangung. Biar tidak terlalu rugi, PSSI harus hentikan kompetisi,” ujar La Nyalla Mattalitti kepada Republika, Ahad (3/5) yang ternyata jauh dari harapan klub.
Tapi yang menarik juga adalah apa yang dilakukan PSSI itu, seperti yang ada ditulisan saya terdahulu negara-tak-boleh-kalah-dalam-kisruh-pssi dimana PSSI mejalankan sebuah strategi licik dengan mengeluarkan keputusan yang efeknya luar biasa bagi klub, yaitu menghentikan Kompetisi Liga Profesional ISL 2015 padahal sebelumnya hal itu sangat mereka haramkan untuk dilakukan, tentu hal ini menimbulkan persepsi dari masyarakat yang ingin dicapai adalh agar supaya tercipta/menimbulkan opini bahwa semua ini adalah akibat dari ulah pemerintah/Menpora...he….he…sungguh merupakan sebuah langkah yang cerdas dan sekaligus juga bodoh hanya demi menutupi ketidak berdayaannya karena sudah dibekukan alias tidak diakui lagi segala aktifitasnya.
Dari kejadian diatas mengingatkan kita akan apa yang dulu pernah dilakukan oleh PSSI versi KPSI saat mereka melakukan “Kongres Luar Biasa” di Ancol th 2012 lalu, yang menghasilkan MANIFESTO KPSI dan sempat menimbulkan respon negative dari masyarakat sepakbola Indonesia khususnya pada poin 7, tapi akhirnya Manifesto itu direvisi kembali sekedar mengingatkan berikut isi dari manifesto ke 7 itu “Daripada menyerah dan melakukan rekonsiliasi lebih baik menerima sanksi FIFA, dengan alasan yang menerima sanksi bukan hanya klub pendukung KPSI namun juga seluruh anggota PSSI” yang tentu kalau kita kaitkan dengan apa yang sudah diputuskan PSSI kemaren terlihat ada kesamaannya dan bisa juga diibaratkan dari pada yang mati hanya Persebaya dan Arema tentu lebih baik mati semuanya...ha...ha
Beberapa klub peserta liga menyatakan bahwa keputusan yang dihasilkan kemaren itu hanya berdasarkan rapat komite eksekutif PSSI & PT. Liga saja tampa melibatkan klub padahal klub sangat berkepentingan dengan hasil keputusan tersebut, yang kalau menurut menejer Persib Umuh Muchtar pemberhentian kompetisi ISL itu adalah keputusan sepihak tanpa melibatkan seluruh klub seharusnya PSSI dan PT Liga Indonesia selaku operator berdiskusi dulu dengan seluruh klub peserta liga ISL sebelum memutuskanya seperti yang disampaikanya "Sebelum mengambil keputusan harusnya bicara dulu dengan klub. Ini bagaimana dan ini keuntungannya apa, nanti berapa klub yang menyetujui. Harusnya begitu dong jangan seenaknya aja, mereka kan dipercaya sama kita. Terus terang saja kita tidak menuntut banyak ke PT Liga, kita juga punya hak siar tapi kita tidak menuntut itu dulu, yang penting berjalan dulu aja," beber Umuh kepada sejumlah media dan menambahkan "Saya menyayangkan, dengan alasan force majeur PSSI menghentikan liga. Mereka tidak melihat ke bawah. Semua klub masih menginginkan kompetisi ini terus berjalan." untuk itu dikatakan dalam waktu dekat ia menginginkan ke 18 tim kontestan ISL 2015 itu dapat segera berkumpul bersama dan membahas nasib mereka pasca dihentikan kompetisi oleh PSSI “Harus secepatnya, saya harus hubungi klub-klub yang ada dan harus siap semua. Insha Allah lah saya akan bicara,” tutupnya
Begitu juga dengan klub Pusamania Borneo FC yang juga merasa kecewa dengan keputusan yang diambil PSSI tersebut, dimana CEO sekaligus General Manajer Pusamania Borneo FC Aidil Fitri mengaku tidak tahu jika pada akhirnya PSSI memutuskan untuk menghentikan kompetisi tahun ini, awalnya ia berpikir kondisi force majeure itu hanya untuk menghentikan kompetisi selama kurun waktu tertentu "Saya secara pribadi masih ragu dengan force majeure. Kalau kemarin benar ada rapat force majeure, kita setuju karena masih meninjau keputusan menteri soal pembekuan itu. Dan kami menyangka force majeureitu hanya sebulan, tapi rupanya ada penghentian kompetisi. Kalau begini 'kan yang rugi adalah kami, klubnya. Nah, ini siapa yang bertanggung jawab dengan klub-klub ISL? Siapa yang mau bertanggung jawab dengan sponsor? Kalau minta ganti rugi? Ini saya minta PT Liga, PSSI, dan menpora harus bertanggung jawab, jangan gampang-gampang saja,” dan menambahkan “Hari Rabu ini kami minta bahwa klub yang ada dikumpulkan tanpa siapa-siapa yang penting kami saja. kita kumpul dengan PT Liga kita bahas ulang supaya kita ini jangan sampai pecah. kalau ISL 2015 tidak jalan itu sama saja membunuh kami dong,” katanya
Hal yang sama juga diinginkan PSM Makassar yang juga akan menggagas pertemuan 18 klub kontestan QNB League agar kompetisi ini bisa tetap kembali digulirkan dan dalam pertemuan nanti akan membahas solusi terkait keputusan PSSI yang menghentikan kompetisi ini seperti yang dakatakan Direktur Klub PSM Makassar Sumirlan bahwa pihaknya nanti akan membicarakan kepada seluruh klub peserta kompetisi terkait langkah yang akan diambil. "Yang jelas kami ngotot agar kompetisi dijalankan dan ini akan dibahas di Makassar nanti," ungkapnya dan yang paling menarik adalah PSM Makasar meminta agar kompetisi nanti digulirkan tanpa ada campur tangan PSSI dan Menpora dengan alasan "Kan mereka masih harus menyelesaikan masalahnya. PSSI masih menempuh jalur hukum melalui PTUN," serta yang terpenting adalah klub hanya ingin kompetisi dibawah PT. Liga Indonesia sebagai operator.
Sementara itu Persis Solo dari devisi utama juga berharap kompetisi tetap digelar baik itu oleh PSSI maupun oleh Kemepora dan berharap agar salah satu di antaranya harus ada yang mengalah, karena jika kondisi ini berlarut-larut dibiarkan akan menjadi tanggungan berat bagi banyak klub Divisi Utama karena para pemain sudah resmi terikat kontrak dan mendapatkan gaji setiap bulannya, dan terakhir ada juga pernyataan dari Mantan manajer Persepam Madura United Achsanul Qosasi, yang mengatakan bahwa pemberhentian kompetisi ini hanya untuk mengarahkan pecinta sepak bola tanah air agar semakin marah dan mengatakan "Skenario PSSI; Kompetisi dihentikan, dg hrapan rakyat marah pd Menpora. Seolah PSSI bukan pihak yg brsalah. kalo merasa benar teruskan saja," dan menambahkan bahwa kompetisi seharusnya tetap berjalan agar tidak menimbulkan kerugian bagi klub "Kompetisi hrs ttp dijalankan, PT Liga (operator) difungsikan kembali dg sebuah komitmen baru yg berdiri sejajar dg regulator (tim transisi)," imbuh bekas calon ketua umum PSSI ini.
Jadi kesimpulannya adalah keputusan yang diambil PSSI itu memang terkesan terburu-buru tampa mengajak klub untuk berdiskusi sehinga akhirnya timbul penolakan dari beberapa klub dan lebih memberikan kesan adanya Hegemoni kekuasaan bahwa PSSI itu sudah diakui AFC/FIFA dan masih masih sebagai pengendali sepakbola di negri ini walaupun faktanya sudah tidak diakui Menpora lagi keberadaannya yang artinya apapun keputusan yang diambil PSSI sudah tidak berarti lagi karena Menpora sudah menjatuhkan sanksi administrative yang menyatakan bahwa semua kegiatan keolahragaan yang dilakukan PSSI sudah tidak diakui lagi termasuk dengan segala keputusan atau apapun yang dilakukan PSSI karena sudah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat lagi alias tidak sah dan batal demi hukum ………selamat menikmati.
Borneo 04 Mei 2015
Salam Olah Raga