“Terutama kunjungan bersama PSV ke Jakarta, saya masih ingat dengan baik. Kami memainkan sebuah pertandingan, dan pemain Indonesia banyak yang menekel saya. Mereka seperti ninja berterbangan,” kenang Ruud Gullit Salah satu legenda Belanda
Selamat malam semua………..kembali berita buruk dari pesepakbola Indonesia menjadi bahan pemberitaan di Media International terkait dengan adanya berita salah satu penyerang Persiraja Akli Fairus yangmeninggal dunia pada Jumat, 16 Mei 2014 karena luka dalam setelah terkena tendangan kiper PSAP Sigli, Agus Rohman, ketika memperkuat Persiraja di Divisi Utama 2014 Grup 1, tanggal 10 Mei yang lalu.
Fakta seperti yang saya tulis dipembukaan tulisan diatas akhirnya terjadi lagi terkait dengan apa yang dulu pernah disampaikan ke media oleh mantan pesepak bola top dunia pada masanya Ruud Gulit ex pemain nasional Belanda dam legenda Ac Milan dengan trio Belandanya Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Van Basten siapa yang tidak kenal ? dan memang sepertinya inilah sesungguhnya potret dari persepakbolaan di negri ini walaupun katanya sudah mulai membaik dan On The Track, berbagai kasus kekerasan masih teramat sering kita dengar baik itu antara sesama pemain atau pemain Vs Wasit yang tentu semuanya kembali kepada kesiapan mental dari para pemain itu sendiri, dan adanya aturan yang yang ketat sehingga pemain bisa berlaku “Fair Play” yang dikeluarkan oleh para penguasa persepakbolaan khususnya PSSI sebagai induk organisasi pemegang kekuasaan tertinggi persepakbolaan di negri ini.
Semua itu bisa kita lihat dari beberapa kasus atau kejadian yang belakangan ini masih terjadi seperti apa yang dilakukan para pemain sepak bola professional dari liga terjeger Pemain Timnas Ferdinan Sinaga saat Timnas berlaga dengan Asean All Star atau pemain Arema Cronus kipper Kurnia Mega saat bermain dengan Semen Padang terkait dengan prilaku dan sikap apa yang diperlihatkannya terhadapa para pendukung sepakbola, yang sangat memperlihatkan sikap yang professional sebagai pemain dari Liga Sepakbola Profesiaonal di negri ini bahkan terkesan arogan, apakah itu yang namanya sikap profesionalisme sebagai pemain sepakbola professional ? tentunya tidak, begitu juga dengan para petinggi/pengurus sepakbola dalam menyikapi apa yang terjadi seperti yang diberitakan terkait dengan penanganan medis terhadapa Akli Fairus oleh pengurus klub Persiraja Banda Aceh yang sepertinya diberitakan tidak memerdulikan pemainnya meskipun telah melihat cidera serius seperti yang disampaikan Ketua Umum Pengprov Aceh Adly Tjalok "Saya sangat kesal dengan pengurus Persiraja itu. Caranya seperti itu, penanganannya terlambat padahal sudah terlihat almarhum tidak bisa bermain lagi di sudut lapangan," katanya kepada ATJEHPOSTcom, Jumat, 16 Mei 2014.
Begitu juga dengan sikap PSSI sebagai induk organisasi persepakbolaan di negri ini dalam kondisi pemberitaan yang sudah mendunia ini, kita masih mendengar komentar yang membuat kita miris, bayangkan untuk mendapat investigasi laporan kejadian ini saja PSSI harus menungggu/member waktu satu bulan ? seperti yang disampaikan Pak sekjen Djokri ke media “PSSI akan kolaborasi dengan Persiraja, melakukan telaah/investigasi, dari sisi Medis olahraga. Insya Allah, bisa didapatkan report dalam 1 bulan ke depan,” kata Sekretaris Jenderal PSSI, Joko Driyono PSSI-Akan-Usut-Tuntas-Kasus-Kematian-Akli-Fairuz
Begitu juga kalau kita melihat ke rasa keadilan dalam menilai fakta yang terjadi, sepertinya kejujuran memang sudah menjadi barang langka dan mahal harganya di negri ini, seperti yang diberitakan Khaidir pelatih dari PSAP Sigli menegaskan kronologis dari kejadian saat pertandingan. “Ketika itu Akli mau mencetak gol dan kiper kami tidak ingin kebobolan. Tak ada unsur kesengajaan," dan menambahkan "Hanya kaki Agus memang mendarat di perut Akli. Kami sudah menonton rekaman pertandingannya. Akli orang Sigli yang bermain di Persiraja, jadi tidak mungkin ada niat Agus mencederainya,” ucapnya dan untuk lebih jelasnya mari sama-sama kita nilai dan tonton tayangan yang ada di youtube ini apa betul tak ada unsur kesengajaaan ? http://www.youtube.com/watch?v=wU_t032n-oQ
Tapi Ok lah…….. semua sudah terjadi sekarang bagaimana kedepan PSSI dan jajaranya dibawahnya mengambil hikmah dari apa yang sudah terjadi berulang kali ini semoga saja di kemudian hari tidak akan pernah terjadi lagi begitu juga dengan berita buruk persepakbolaan Indonesia tidak lagi akan menghiasi perberitaan media dunia yang memamerkan potret buramnya persepakbolaan kita, seperti yang disampaikan beberapa media international terkait kasuh ini yang secara umum menjudutkan persepakbolaan Indonesia padahal katanya sudah mulai On The Track alias berjalan di rel yang benar ? seperti yang diberitakan Media Spanyol,Marca, dalam situsnya menulis "Pemain Asal Indonesia Meninggal Setelah Terkena Tekel Kasar". Dan Dua media Inggris, Mirror dan Daily Mail, dimana Mirror memberi judul "Pemain Indonesia Premier League (sic) Meninggal Setelah Terkena Tekel Horor". Sementara Daily Mail, menulis "Pesepakbola Akli Fairuz Meninggal Setelah Terkena Tekel Horor dalam Sebuah Laga Indonesian Premier League (sic)".
Dan yang membuat kita tambah miris dengan kejadian ini adalah seperti ditulisan saya kemaren sempat sudah saya singgung dan diprediksi hal ini akan terjadi akhir kompetisi nanti malah terbukti sudah terjadi saat ini uefa-hukum-9-klub-terkait-financial-fair-play dimana diberitakan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) menemukan fakta dimana Akli Fairus diketahui belum menerima gaji sepeser pun dari klubnya sejak kompetisi bergulir musim ini ( tiga Bulan ) dan bahkan nilai kontrak dan gajinya sendiri tak jelas berapa, padahal kompetisi Devisi Utama Liga Super Indonesia 2014 ini sudah berjalan tiga bulan bahkan untuk itu Akli Fairus pun diberitakan sudah sempat melakukan aksi protes bersama rekan-rekannya namun jerih payahnya tak kunjung terbayar hingga tutup usia.
Entah harus menunggu berapa banyak lagi korban korban yang akan berjatuhan agar klub-klub sepak bola di Indonesia ini bisa menghargai para pemainnya, kematian Akli Fairus pemain Persiraja Banda Aceh ini menjadi bukti bahwa sepak bola Tanah Air tak hanya cukup belajar atas kasus-kasus meninggalnya beberapa pemain yang sudah sering terjadi dan Ini bukanlah yang pertama kali, belum hilang dari ingatan ketika sepak bola Indonesia digemparkan dengan meninggalnya pemain impor asal Paraguay, Diego Mendieta, pada Desember 2012. Gara-gara gaji sebesar Rp 100 juta yang ditunggak oleh Persis Solo, begitu juga dengan yang lainya.
Dan yang lebih membuat kita miris adalah masalah tunggakan gaji Akli Fairus ini sepertinya akan lama terselesaikan. karena seperti diberitakan Ketua Umum Persiraja Jamaluddin T. Muku yang baru saja terpilih mengundurkan diri dari jabatannya karena menilai para pengurus lama Persiraja seolah lepas tangan atas masalah tunggakan gaji ini padahal masalah itu merupakan tanggung jawab pengurus lama yang melakukan penandatanganan kontrak pemain…….Wow……Huufff….harapan apa lagi yang bisa kita ungkapkan kepada dunia persepakbolaan negri ini untuk bisa maju, kalau kejadiannya seperti in masih terjadi berulang-ulang…….tanyalah pada rumput yang bergoyang kata Ebit G.Ade….selamat menikmati.
Borneo 20 Mei 2014
Salam Olah Raga