Wajah dan tangan mereka sudah keriput, menunjukkan usia yang sudah senja. Indera penglihatan pun sudah tak bening lagi, tertutup oleh selaput. Mungkin tak ada dana untuk sekedar operasi katarak, atau mereka sudah berpasrah pada ajal yang setiap saat bisa datang menjemput. Otot dan kaki dan tangan pun sudah lemah, tak kuasa untuk berdiri. Tapi dengan susah payah mereka datang, berdiri dengan sisa-sisa kekuatan yang masih ada, menghormat pada Sang Saka. Bagi mereka, 17 Agustus merupakan hari yang akan dikenang sampai nafas berhenti. Mereka boleh saja lupa dan tahu pada tanggal berapa mereka dilahirkan, tapi mereka akan tetap mengingat hari yang paling bersejarah ini.
KEMBALI KE ARTIKEL