Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Menapaki Jejak-jejak Kartini

19 April 2016   13:22 Diperbarui: 19 April 2016   13:43 60 0
Kembali Kepada Peran Di Dapur, Di Sumur Dan Di Kasur
Kita patut berterima kasih kepada Ibu R.A Kartini yang telah memperjuangkan emansipasi wanita. Wanita sudah ada di mana-mana dan tidak lagi diragukan kompetensi dan kredibilitasnya. Apa yang dulu dianggap sebagai pekerjaan maskulin seperti militer, kuli, tukang becak, petualang dll sudah dapat dikerjakan oleh wanita.
Banyak wanita Indonesia telah mengecap pendidikan tinggi dan berkarir di segala bidang. Meski dengan latar belakang suku budaya yang mayoritas mendewakan kaum pria tetapi lahirnya kebijakan yang mewajibkan 30 % wanita harus duduk di parlemen merupakan pembuktian bahwa keberadaan wanita telah diterima di Indonesia.
Peran wanita dalam era globalisasi tidak lagi perlu dipertanyakan. Saat ini, kita harus mengampanyekan supaya semua wanita tidak hanya tetap berkarir tetapi juga harus tetap berada di dapur, di sumur dan di kasur. Sebab peran ini semua sudah digantikan oleh orang lain. Sebab kebahagian keluarga bermuara di tempat ini dan keluarga bahagia adalah generasi bahagia. Generasi bahagia adalah generasi sehat penerus bangsa.
Tingginya angka perceraian di Indonesia yang katanya ada 40 perceraian setiap jamnya dan diduga sebagai faktor penyebab tingginya seks bebas remaja dan sangat mencengangkan kebanyakan terjadi di rumah masing-masing. Masyarakat menyalahkan sekolah (walau sekolah adalah masyarakat itu sendiri. Bobroknya karakter generasi bangsa ini dimulai ketika orang tidak lagi memperhatikan bahwa pendidikan karakter wajib dimulai dan wajib ada di rumah. Tentu tidak ada orang tua khusunya ibu disalahkan sebagai kambing hitam. Walau dengan dalih “ saya tetap punya quality time bersama keluarga meski saya harus pulang larut malam karena karir". Hanya saja ibu harus tetap bertanggunp jawab penuh di rumah.
Misalnya peran di 'dapur], memastikan setiap anggota keluarga bisa duduk bersama di meja makan. Sungguh bahagia, dulu kita sering berkata 'rindu masakan ibu'. Sekarang anak-anak sudah lebih sering merindukan masakan ‘Mpok Inem’. Lebih dari itu bonding bersama keluarga tercipta di meja makan.
Tetap memperhatikan pendidikan anak di rumah semisal memberi tanggung jawab pekerjaan rumah akan membuat anak betah bernaung di rumah. Meskipun PRT lengkap-lengkip di rumah tak salah memberi mereka tugas semisal mencuci piring atau membuang sampah adalah contoh yang terlupakan ibu memaknai perannya di 'sumur'.
Bahkan semisal peran di 'kasur', menidurkan anak sembari mengajarkan anak-anak hal-hal sederhana, mengucapkan terima kasih. Terima kasih kepada keluarga dan juga terima kasih kepada penciptaNYa. Bukan saja sebatas rutinitas kerohanian tetapi lebih dalam bahwa kecerdasan spritual anak akan membawa mereka menyadari siapa diri mereka dan memberi makna atas hidup mereka.
Diperlukan ibu yang cerdas dengan berbagai pendidikan yang telah mereka raih. Ibu cerdas yang akan meghasilkan generasi cerdas emosional dan cerdas spritual. Itulah sejatinya peran ibu di era globalisasi kini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun